BERBICARA soal pariwisata di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, memang kesannya terasa tidak penting dan bukan menjadi prioritas.  Terlebih banyak negara yang memperketat warganya bepergian ke luar negeri dan sibuk berbenah mengatasi dampak pandemi ini. Sektor pariwisata memang sepertinya mati suri dan ditambah lagi banyak pelaku usahanya yang beralih ke sektor lain untuk menyambung hidup.  Namun kita harus tetap optimis bahwa "badai pasti berlalu", kehidupan normal pasca pandemi akan datang pada waktunya, dan di saat itulah pariwisata akan tumbuh kembali.

Berbuat untuk bersiap diri tentu lebih baik daripada diam meratapi keadaan.  Untuk itu pembangunan destinasi pariwisata unggul dinilai relevan dan efektif dalam pembangunan di sektor kepariwisataan saat ini, karena kita lebih punya banyak waktu dan persiapan lebih matang tanpa terganggu aktivitas pariwisata yang biasanya sibuk sepanjang tahun.  Pembangunan destinasi pariwisata itu sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan memiliki lima aspek yaitu: pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta pembangunan fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan. 

Substansi dari kelima aspek pembangunan destinasi pariwisata  tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep 5A yang sering menjadi dasar dalam pengembangan destinasi pariwisata yaitu, attractions, accessibility, amenities, activities, dan ancillary.  Berikut ini akan diuraikan strategi pembangunan destinasi pariwisata unggul dengan menggunakan pendekatan konsep 5A dimaksud yang dikembangkan dari konsep 4A yang dikemukakan oleh Cooper dkk dalam bukunya Tourism: Principles and Practice, dan selanjutnya dilengkapi dengan konsep activities.

Daya tarik pariwisata (attractions)

Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.  Secara sederhana, dapat dipahami bahwa daya tarik wisata itu merupakan faktor yang menjadi alasan seseorang atau sekelompok orang yang datang berkunjung ke suatu tempat dengan tujuan untuk berwisata.  Esensi dari daya tarik wisata terletak dari adanya keunikan, keindahan, ataupun nilai yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang berasal dari alam, budaya, dan ataupun hasil buatan manusia yang dikembangkan dengan pemanfaatan teknologi.

Bagi suatu daerah atau wilayah yang dianugerahi alam yang indah dengan bentangan pemandangan yang menakjubkan, maka persoalan pengembangan daya tarik pariwisata bukanlah menjadi masalah yang serius, karena secara alamiah daya tarik parawisata itu telah ada dengan sendirinya.  Hal yang perlu dikembangkan tentunya tinggal bagaimana paket wisata dikemas menjadi lebih menarik.  Sebut saja seperti Pulau Jeju di Korea Selatan, Air Terjun Seljalandsfoss di Islandia, Pulau Bali di Indonesia, Danau Moraine di Canada, dan banyak lagi destinasi wisata alam dunia yang menawarkan keindahan alamnya yang mengagumkan. 

Selain keindahan alam, wisatawan juga tertarik mengunjungi suatu destinasi wisata karena kekhasan budayanya. Kekhasan budaya ini memberikan warna tersendiri yang menjadi magnet bagi para wisatawan untuk datang.  Beberapa negara yang menawarkan kekhasan budayanya sebagai daya tarik wisata kelas dunia diantaranya adalah China, Jepang, dan Thailand.  Selanjutnya, bagaimana dengan suatu daerah atau negara yang tidak memiliki keindahan alam ataupun budayanya yang khas? apakah tidak dapat dikembangkan sektor pariwisatanya? tentu saja bisa, yaitu dengan membuat wisata buatan.  Contoh wisata buatan kelas dunia tersebut diantaranya adalah Warner Bros World di Abu Dhabi, Tokyo Disneyland, Universal Studios Hollywood di California dan masih banyak lagi. 

Atraksi sebagai daya tarik utama pada suatu destinasi pariwisata juga dapat dikembangkan dengan penyelenggaraan event-event budaya, olahraga, ataupun juga yang berkaitan dengan edukasi dan teknologi.  Beberapa contoh event-event terkenal bertaraf internasional yang bisa mendatangkan banyak wisatawan diantaranya Rio de Jenairo Carnival di Brazil, Carnival in Venice di Italia, Dubai Expo di Uni Emirat Arab, dan yang lainnya.  Sejak pandemi Covid-19 ini, beragam event-event pariwisata banyak yang dibatalkan, dan strategi pariwisata pun beralih dengan mengandalkan konsep MICE (Meetings, Incentives, Conversation, dan Exhibitions) seperti pertemuan dan rapat-rapat yang pesertanya lintas negara.  Pengembangan pariwisata dengan konsep MICE tersebut tentunya harus memenuhi Safe Management Measures untuk memastikan diterapkannya protokol kesehatan dengan ketat.

Kemudahan untuk dikunjungi (accessibility)

Setelah adanya daya tarik wisata yang menarik, orang-orang akan berpikir bagaimana cara mereka dapat datang ke destinasi wisata tersebut.  Namanya orang berwisata, maka para wisatawan secara umum akan memilih destinasi wisata yang mudah dikunjungi.  Mereka akan sangat mempertimbangkan keamanan, kecepatan, dan kenyamanan menuju destinasi wisata tersebut.  Memang pada kasus-kasus tertentu ada wisatawan yang menyukai tantangan dengan minat khusus seperti perjalanan hutan, hiking, surfing, diving dan lainnya, namun tentunya jumlah mereka tidaklah banyak.  Bila kita hanya mengandalkan wisatawan dari minat khusus ini tentunya tidak dapat memberikan daya ungkit yang besar bagi pengembangan di sektor pariwisata.

Tersedianya akses yang mudah ke suatu destinasi wisata akan memberikan daya tarik yang lebih kuat agar para wisatawan datang berkunjung.  Khusus untuk destinasi pariwisata berskala dunia, indikatornya adalah seberapa banyak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang datang, dan bukan mengandalkan kunjungan wisatawan domestik.  Untuk itu mindset yang dibangun adalah bagaimana menyediakan akses yang mudah bagi para wisman. Sarana-sarana seperti bandara, terminal, pelabuhan, stasiun dan lainnya perlu ditingkatkan dengan standar internasional.  Di sisi lain prasarana seperti akses jalan dan angkutan menjadi prioritas yang terus dikembangkan agar memberikan kenyamanan perjalanan wisata.

Fasilitas yang tersedia (amenities)

Daya tarik pariwisata lainnnya adalah tersedianya beragam fasilitas yang berada di sekitar destinasi wisata, seperti  akomodasi, restoran, sarana ibadah, pusat informasi, toko cenderamata, dan lainnya yang dapat menambah nilai dan daya saing dari destinasi wisata utama.  Lokasi amenity yang berdekatan dengan destinasi wisata akan memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para wisatawan.  Selain lokasi yang strategis, perlu pula diperhatikan penetapan harga yang wajar dan kompetitif sesuai dengan kualitas yang ditawarkan.  Misal saja seperti restoran atau rumah makan yang mematok harga tinggi ataupun tidak menyediakan informasi harga, maka wisatawan yang makan disitu bisa saja merasa keberatan atau bahkan merasa tertipu.  Bila hal ini terjadi maka akan berdampak buruk pada destinasi wisata utama yang ada di daerah tersebut. 

Seiring dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi, konsep pengembangan amenity ini sebenarnya perlu memadukan antara kearifan budaya lokal dengan adopsi teknologi modern yang dapat menjadi daya tarik lebih kuat bagi para wisatawan.  Ketersediaan amenity yang berkualitas merupakan suatu keharusan dalam upaya pengembangan destinasi pariwisata, terlebih jika sasarannya adalah wisman yang memiliki kemampuan untuk memilih dimana mereka akan berwisata. Konkretnya, amenity ini merupakan satu kesatuan dengan atraksi wisata yang menjadi daya tarik utama, sehingga pengembangannya sangat perlu diperhatikan dengan gagasan dan ide-ide yang inovatif.

Aktivitas yang dapat dilakukan (activities)

Wisatawan tentunya tidak hanya sekedar datang jauh-jauh hanya untuk melihat dan menikmati suasana yang ada di destinasi wisata.  Bila tidak ada aktivitas yang lain di destinasi wisata, maka berwisata akan menjadi kegiatan yang cepat berakhir dan wisatawan pun tidak akan betah berlama-lama di tempat tersebut karena akan muncul juga rasa kejenuhan.  Betapapun kuatnya atraksi yang tersedia sebagai daya tarik wisata utama, tetap lebih baik bila ada tersedia berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan saat berada di destinasi wisata tersebut.  Hal ini tentu akan memperkuat tingkat kepuasan wisatawan yang kedepannya diharapkan akan datang kembali untuk berwisata.

Keberagaman aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan di destinasi wisata akan memberikan berbagai pilihan bagi mereka untuk mencobanya.  Sebagai contoh aktvitas yang bisa ditawarkan seperti kegiatan membatik, bermain alat musik tradisional, menenun, memanah, naik perahu, dan yang lainnya.  Aktivitas yang ditawarkan kepada wisatawan sebenarnya sangat baik bila dikembangkan dari budaya setempat yang bersifat khas, sehingga memberikan rasa penasaran untuk mencobanya.  Selain itu pada destinasi wisata buatan, pengembangan aktivitas yang tersedia juga dapat diperluas dengan memberikan sentuhan teknologi, sehingga akan menjadi kemasan paket wisata yang lebih menarik.

Pelayanan tambahan (ancillary)

Strategi pengembangan destinasi wisata berikutnya adalah tersedianya pelayanan tambahan atau pelengkap yang dapat disediakan oleh pemerintah, swasta, ataupun masyarakat.  Walaupun sebutannya pelayanan tambahan, tetap saja ancillary ini memiliki daya ungkit untuk menambah kedatangan wisatawan ke destinasi wisata.  Bak kata pepatah “ada gula ada semut” maka ancillary ini akan memberikan rasa manis yang berbeda dari gula-gula lainnya. Nilai tambah inilah yang akan memperkuat keyakinan wisatawan untuk datang berkunjung.

Beberapa ancillary yang diperlukan seperti adanya peran pemerintah dalam memberikan jaminan keamanan dan perlindungan bagi para wisatawan.  Dukungan lainnya adalah menyediakan produk hukum yang dapat mendorong pembangunan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.  Pihak swasta dan para pelaku usaha pariwisata juga dapat berkontribusi dengan penguatan ekonomi kreatif dan memberikan pelayanan wisata yang prima berbasis budaya dan teknologi. Selanjutnya peran yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan masyarakat dengan keramah tamahannya dan mewujudkan iklim kehidupan bermasyarakat yang aman dan kondusif.

Kelima konsep pengembangan destinasi pariwisata yang telah diuraikan di atas, sejatinya adalah satu paket yang saling terhubung.  Dengan demikian maka pengembangan destinasi wisata dapat dilakukan dengan perencanaan yang matang dengan terus beradaptasi pada perubahan dan tantangan pariwisata di masa depan.  Khusus pada masa pandemi covid-19 yang saat ini terjadi di seluruh penjuru dunia, dapat menjadi momentum bagi setiap negara dan daerah untuk mempersiapkan destinasi pariwisatanya dengan sebaik-baiknya, agar kelak ketika pandemi ini berakhir, destinasi wisata yang ditawarkan memiliki daya tarik dan daya saing yang lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal para wisatawan. ***

Dr. Biryanto adalah ASN Pemerintah Provinsi Riau