JAKARTA - Terkait dengan pernyataan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah soal penggerebekan terduga teroris di Kampus Unri Riau, dapat tanggapan keras dari Ketua DPP Partai Hanura Benny Ramdhani (Brani).

Menurut politisi asal Sulawesi Utara ini, pernyataan yang dolontarkan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah terkait penggerebekan teroris di Universitas Riau adalah pernyataan Ngawur dan omong kosong.

"Itu peernyataan ngawur. Jadi serangan atau kritik Fahri kepdaa polisi yang masuk ke UNRI terkait temuan bom yang disebutnya melanggar kebebasan akademik, itu ngawur yang menunjukkan dia dalam keadaan linglung," kata Brani kepada GoNews.co, Minggu (3/6/2016).

Senator DPD RI itu menjelaskan, kebebasan akademik itu memang tidak bisa diintervensi oleh negara. Kebebasan akademik itu terkait pelaksanaan tri dharma. Pendidikan dan pengajaran, penelitan dan pengambangan dan perngabdian kepada masyarakat.

"Itu yang tidak bisa diintergvensi atau dihalangai aparatus keamanan negara. TNI maupun Polri. Kebebasan akademik dalam menjalankan tri dharama," jelasnya.

Ia menilai, apa yang dilakukan pihak kepolisian di UNRI itu adalah pengambangan kasus terorisme. Dimana diduga ada bom di dalam kampus, anggota masuk ke sana untuk mengantisipasi.

"Teroris ini kejahatan luar biaswa, jadi perlu usaha yang luar biasa. Bagaimana kalau kasus narkoba dan polisi tidak bisa masuk ke sana (kampus). Terorisme ini extraordinary crime. Jadi pernyataan Fahri menunjukkan kebodohan dirinya, tidak sekedar ngawur dan ling-lung," ketusnya.

Benny bahkan menilai, pernyataan Fahri itu tidak hanya menghasilkan penilaian nefatif terhadap paham Fahri, tapi juga jadi noda bagi lembaga yang saat ini dipimpin Fahri.

"Pernyataan Fahri itu tidak hanya mempermalukan diri tapi institusi sebagai Wakil Ketua DPR, karena secara tidak langsung jabatan itu melekat, dia itu kan Wakil Ketua DPR," ujarnya.

Kasus penggerebekan teroris di UNRI itu kata Brani, seakan-akan Fahri tengah mencoba untuk memprovokasi kampus. Alasan yang digunakan Fahri adalah dengan menggunakan alasan pelanggaran kebebasan akademik.

"Di Riau dia sedang coba memprovokasi kampus dengan apa yang dilakukan polisi masuk ke kampus. Ia menggunakan alasan kebebasan akademik itu. Kalau yang dilakukan Aparatus negara mengintervensi tri dharma, itu lain. Kita ada dalam posisi yang sama meyalahkan aparatus kemanan negara," tegasnya.

Brani juga menilai, pernyataan Fahri yang menunjukkan kelemahan dirinya dan mencoreng lembaga DPR sudah sering terjadi. Untuk itu ia meminta Fahri untuk menghentikan apa yang tengah dilakukannya.

"Sebagai teman di parlemen walau beda kamar, saya minta Fahri setop dan hentikan segala omong kosong itu. Karena kalau diperhatikan, semua yang dilakukan negara, itu salah tidak ada benarnya dihadapan Fahri. Orang udah tau kok Fahri ingin memposisikan diri sebagai oposisi yang syahwat politiknya udah di ubun-ubun untuk Jokowi jatuh. Semua yang dilakukan negara dan pemerintah itu salah. Tapi rakyat tau, ini ujungnya shawat politik," ulasnya.

Salahsatu alasan kenapa langkah Polri harus didukung kata dia, karena salah satu target teroris Riau adalah gedung Parlemen. Ia khawatir jika target itu terlaksana. Tapi, mungkin jika teroris berhasil, Fahri akan menghentikan apa yang tengah dilakukannya.

"Hasil konverensi pres dari Kepolisian tadi itu jelas. Target utama teroris itu akan akan menyerang DPRD dan DPR RI. Coba kalau tidak ditemukan polisi. Mungkin kebodohan Fahri itu akan berhenti jika bom itu meledak di gedung DPR atau di ruangannya. Baru mungkin dia berhenti dengan omong koisongnya," pungkas Wakil Ketua Komite I DPD RI itu.***