MEDAN-Siapa yang tak kenal sirup Kurnia. Minuman berwarna khas merah dengan rasa Raspbery ini seperti sudah menjadi minuman wajib bagi masyarakat khususnya saat merayakan hari-hari besar.

Tapi tahukah Anda sirup ini dirintis dari gula pasir lima kilogram yang uangnya sendiri dikumpul dari jualan kwetiau. Sambil menikmati Espresso yang diracik dari sirup Kurnia di Budaya Resto, Manager PT Kurnia Aneka Gemilang Utomo Ngadimin Kepada Gosumut dalam sebuah obrolan santai Jumat (19/10/2018) mengungkapkan Kurnia dirintis dengan perjuangan panjang, dimulai sejak tahun 1969. Dirintis oleh pasangan suami isteri Elias Hudaya dan Rosaria Mariana yang saat itu merupakan warga Banda Aceh.Ia mengisahkan masa itu zaman ekonomi yang begitu sulit, ditambah lagi kondisi politik yang juga tidak menentu.Elias Hudaya dan isterinya Rosaria sehari-harinya berjualan kwetiau di pasar kota Banda Aceh untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Uang hasil dari jualan kwetiau dikumpulkan untuk bisa membeli gula. Harga gula saat itu begitu mahal.“Jadi istilahnya satu keluar satu masuk,”imbuhnya.Begitu gula terbeli, pasangan ini langsung membuat sirup. Sirup yang sudah diproduksi ditaruh kedalam embel dan ia menjajakannya seperti cara orang menjual madu. “Saat itu harga botol masih sangat mahal, jadi mereka menjualnya secara eceran,”tuturnya.Pembeli sirup membawa tempat masing-masing dari rumahnya.Seiring dengan waktu, sirup tersebut semakin dikenal masyarakat Aceh hingga mereka melakukan pengemasan dalam botol. Usaha sirupnya diberi nama Kurnia dengan logo khas Patung Liberti.Tahun 1998 Aceh mengalami konflik politik dan pasangan ini memutuskan memidahkan usaha ke kota Medan. Tempat pertama diawali di Jalan Karya Lorong 19. Tahun berikut nya saat modal semakin cukup, perusahaan tersebut dipindahkan ke Tanjung Morawa. Oleh masyarakat Aceh sirup ini biasa disebut sirup Cap Patung, dan masyarakat Medan sering menyebutnya dengan sebutan sirup Aceh. Tenaga roboticDi tangan generasi kedua yang dimotori Januar Hudaya selaku Direktur Produksi dan Jonas Hudaya sebagai Direktur Pemasaran PT Kurnia Aneka Gemilang (KAG) yang merpakan putera Elias Hudaya membawa perusahaan lebih maju. Mereka memprodusi sirup Kurnia dengan basis produksi di Medan, kian memperlihatkan eksistensinya. Terobosan yang dilakukan generasi kedua antara lain mengembangkan produksi menggunakan mesin robotic dan meningkatkan sosialisasi sirup Kurnia ke masyarakat sebagai minuman yang berkualitas dan bercitarasa tinggi.Keadaan pabrik pun semakin dibenah dan Sirup Kurnia mengembangkan produk dengan teknologi tinggi dengan sistem robotic."Dengan menggunakan mesin robotic, kecepatan produksi bertambah sampai 3 kali lipat sehingga mampu menghasilkan puluhan ribu botol per jam,"ungkap Utomo.Terobosan lain yang dilakukan saat ini adalah mengembangkan segmen pasar. Jika awalnya sirup Kurnia hanya menyasar segmen keluarga, kini juga menyasar kalangan remaja.Meskipun hingga kini belum melakukan penambahan varian rasa dan tetap berfokus pada minuman satu rasa raspberry, cara penggunannya diperluas. Misalnya, sirup ini mulai disosialisasikan dalam penggunaan kreasi adonan untuk membuat kue dan sirup kreasi untuk campuran aneka jenis buah bahkan kopi.Dijelaskan Utomo saat ini pasar sirup Kurnia telah mencapai seluruh Sumatera dan akan memperluas penjualan ke Jawa dan Indonesia bagian Timur.*