JAKARTA - Hari Sabtu, sebelum Islam datang disebut dengan Syiyar, dan orang Barat menyebutnya 'Saturday'. Sedangkan nama 'Sabtu', diambil dari nama hari berbahasa Arab as-sabt (السبت), yang dalam beberapa keterangan, berasal dari bahasa Ibrani Sabat.

Dan kalau kita diperhatikan, kata Sabtu ada kemiripan dengan sab'ah yang berarti tujuh (t dan h dalam bahasa Arab sering diganti atau ditukar), berarti hari Sabtu adalah hari ke tujuh dalam hitungan hari.

Dalam kamus Ma'ani, Sabtu bermakna; istirahat, masa, memotong rambut, memenggal leher, sebagaimana dalam potongan ayat ke-9 dalam surat An-Naba' (78) yang berbunyi, "dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat,".

Dilansir laduni, hari Sabtu bagi Yahudi adalah hari istirahat dari berbagai aktifitas, kecuali berjihad, pengobatan dan juga yang bersifat darurat (As-sabtu Fil Al Quran, 21), dan juga dilarang keluar rumah, kecuali dengan alasan tertentu. Karena hari suci itu, adalah hari ujian bagi mereka yang beriman, memilih Tuhan atau pekerjaan?.

Disebut hari Sabtu karena memutus (i'qitha') hari. Sedangkan Sabtu bagi orang Yahudi adalah berhenti dari seluruh aktifitas pekerjaan (dari mencari kasab, atau penghasilan), hari tersebut hanya untuk beribadah kepada Allah.

Dan diyakini, hari Sabtu adalah hari perhentian Tuhan setelah menciptakan bumi dan seisinya, karena penciptaan langit dan bumi selama enam hari (sittatu ayyam), hari Jum'at adalah kesempurnaan dari penciptaan, sedangkan Sabtu adalah selesainya penciptaan itu. Ada yang menyebutkan, bahwa disebut hari Sabtu karena diamnya setelah sempurnanya ciptaan (sukun al-harakah).

Ada kepercayaan di antara beberapa orang Yahudi, hari Sabtu tidak boleh makan beberapa makanan, dan tidak boleh memasak, bertani, bertenun, merajut dan menyembelih hewan.

Dalam Al-Qur'an juga ada cerita tentang Ashabul Al-Sabt (Sabtu), di mana Allah menurunkan petaka, atau bala' kepada kaum Yahudi yang tinggal di pinggir pantai, mereka bekerja sebagai nelayan (pencari ikan), dan mereka sulit menemukan ikan, selain hari Sabtu. Sedangkan hari Sabtu bagi mereka dilarang untuk bekerja, tetapi mereka melanggar kesucian hari Sabtu, dan tetap memancingnya, sehingga mereka dirubah menjadi kera.

Dalam Islam, Jum'at seperti hari Sabtu. Tidak boleh melakukan perdagangan dan lainnya, tapi tidak sepanjang hari, hanya beberapa menit saja, agar mereka dapat melakukan shalat Jum'at, setelah itu mereka diperbolehkan untuk melakukan perdagangan dan lainnya (Fantasyiru fi al-ardh).

Dapat dibayangkan, mereka yang melanggar hari Sabtu oleh ALLAH diganti menjadi kera (karena melanggar perintah), bagaimana bagi umat Islam yang tidak melakukan shalat Jum'at (betapa besar dosanya). Di sinilah sebenarnya ujian Tuhan kepada hambanya, bagi mereka yang hanya memilih kesenangan dunia dan tidak peduli perintah Allah, dan melupakan akhiratnya.***