TOKYO – Awalnya Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) tidak muluk-muluk menargetkan 22 atlet yang lolos ke Olimpiade 2020 Tokyo. Faktanya, Indonesia mampu meloloskan 28 atlet dari 8 cabang olahraga yang berlaga di pesta olahraga akbar dunia empat tahunan meskipun pandemi Covid-19 melanda.

Meski telah melampaui target, Ketua NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari tetap saja prihatin karena jumlah atlet Indonesia itu di bawah jumlah atlet Malaysia. Kontingen Negeri Jiran itu, katanya, diperkuat 30 atlet dari 10 cabang olahraga.

"Saya sebagai Ketua NOC Indonesia prihatin karena Indonesia hanya bisa mengirim 28 atlet walaupun itu melebihi target kita 22 atlet. Karena, seperti Malaysia itu mengirimkan 30 atlet dari 10 cabang olahraga," kata Raja Sapta Oktohari yang dihubungi Rabu (21/7/2021).

Kekecewaan Okto panggilan akrab Raja Sapta Oktohari ini cukup beralasan. Sebab, ada potensi atlet dari salah satu cabor hilang karena kelalaian yang dilakukan induk organisasi yang mengakibatkan atletnya tidak bisa tampil pada babak kualifikasi Olimpiade.

"Nah ini harus jadi pelajaran, kan pemerintah sudah menetapkan roadmap olahraga yang goal utamanya Olimpiade. Jadi, pemerintah sudah tetap langkahnya. Tinggal sekarang aplikasinya," kata Okto.

"Setelah ini, NOC Indonesia akan berkomukasi langsung dengan induk-induk organisasi olahraga (PB/PP) agar bisa mengawal proses kualifikasi sehingga bisa menambah lebih banyak lagi atlet kita yang kualified. Jangan sampai ada kejadian atlet tidak bisa bertanding di Olimpiade karena tidak ikut babak kualifikasi," tambahnya.

Dengan adanya roadmap atau Desain Besar Olahraga Nasional yang dilahirkan pada era kepemimpinan Menpora Zainudin Amali. kata Okto, potensi Indonesia untuk meloloskan atlet ke Olimpiade Paris 2024 cukup besar. Apalagi, program perencanaan untuk meloloskan atlet dilakukan sejak awal dan proses kualifikasi tepat sasaran.

"Peluang kita itu sangat besar apalagi Olimpiade 2024 karena banyak nomor andalan yang jadi makanan Indonesia. Seperti panjat tebing dan lain-lain. Tetapi, sekali lagi harus direncanakan dari awal. Dan, kami ingin komunikasi langsung dengan cabor-cabor sehingga proses kualifikasi tepat sasaran. Jangan lagi ada energi terbuang tapi tidak tepat sasaran. Negara kita yang rugi nantinya. Sebagai negara yang populasinya terbesar keempat dunia kita mesti banyak lagi atlet yang lolos," tandasnya.

Seperti diketahui, tiga atlet taekwondo Indonesia gagal mengikuti kualifikasi Olimpiade Tokyo 2021 di Amman, Yordania pada 21-23 Mei lalu. Mariska Halinda, M. Bassa Raihan dan Adam Yazid yang sudah menjalani pemusatan latihan di Korea Selatan (Korsel) gagal bertarung karena kendala teknis saat pendaftaran.  

Gagalnya ketiga atlet mengikuti babak kualifikasi tersebut sempat menjadi sorotan Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto. Katanya, peristiwa gagalnya atlet taekwondo Indonesia mengikuti kualifikasi di Amman harus jadi pelajaran bagi semua cabor. 

Sejak taekwondo dipertandingkan pada 1992 (eksibisi), atlet Indonesia cuma berlaga di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004. ***