DI ANTARA persoalan umat (bangsa) yang sering menjadi isu nasional adalah masih lemah atau lambannya pengembangan sumber daya manusia (SDM). Hal itu menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas dan kualitas kerja.

Karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, jujur kita harus mengatakan bahwa masalah itu adalah persoalan kita sendiri (umat Islam) yang patut menjadi renungan kita. Alquran menyebutkan bahwa, ''kalian adalah umat terbaik dari segala umat yang lain'' (Ali Imran; 110).

Berbicara umat berkualitas, banyak pakar menyampaikan pendapatnya. Namun intinya, sehat lahir batin, berilmu dan terampil, menguasai teknologi, disiplin dan sungguh-sungguh, berakhlak mulia dan ekonomi memadai. Manusia atau umat seperti inilah kata Prof Dr M Imaduddin Abdurrahman yang dimaksud oleh alquran dengan ulil albab.

Bila masing-masing individu Muslim memenuhi kriteria di atas, tentulah kondisi ethos kerja umat tidak seperti keadaan sekarang. Sayangnya kriteria di atas, bangsa kita masih lemah, sehingga negeri kita masih disebut negeri berkembang, belum negeri maju, di mana masalah utamanya tertinggal dalam bidang ekonomi dan tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan.

Makna ahsanu 'amala, yaitu bekerja dengan cara yang paling baik. Jelasnya Rasulullah menafsirkan ahsanu 'amala dengan pemikiran dan penampilan yang prima dalam berfikir dan beramal. Buya Hamka menafsirkan dengan amalan yang bermutu.

Sekarang, bagaimana agar kita terlepas dari masalah bangsa ini? Ada 3 langkah awal yang dilakukan umat; Pertama, tahu dan sadar dengan masalah. Kedua, ada keinginan untuk berubah. Ketiga, siap untuk berubah.

Ajaran Islam (Alquran) menyebutkan bahwa kita umat terbaik yang oleh mufassir kontemporer disebut bibit unggul. Bibit unggul sekalipun, jika tidak disiram, tidak diberi pupuk, tidak dipelihara maka tumbuhnya tentu tidak akan subur.

Apalagi, saat ini kita sedang berada pada abad komunikasi yang perangkatnya sarat dengan digitalisasi. Orang berpacu menguasai teknologi, kita tidak boleh lalai lengah dan malas. Jika kita bermalas-malas tanpa kemauan kuat, sulit terjadinya perubahan dan kita akan begini terus. Ingat, kita sudah 76 tahun merdeka masih negara berkembang karena SDM kita kualitasnya masih rendah.

Agar SDM kita berubah lebih baik (produktif dan berkualitas) saran berikut barangkali cukup membantu; Pertama, jangan bosan sehat. Kedua, jangan bosan menambah ilmu dengan banyak membaca. Ketiga, jangan bosan bekerja dan bekerja dengan pondasi jujur dan sungguh sungguh. Keempat, jangan bosan bertanya dan berdiskusi. Kelima. jangan bosan hidup berakhlak dan jangan bosan berbuat baik sekecil apapun. Terakhir, jangan bosan mengingat Allah dengan mengamalkan perintah-Nya.

Kunci dari semua ini adalah kemauan, jika ada kemauan tak ada yang mustahil di dunia ini.

Sebagai penutup, kita kutip pendapat sebagai tambahan yaitu; Jadikan ilmu kebutuhan hidup, Jadikan sehat pondasi hidup dan jadikan harta pendukung hidup. Uang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya butuh uang.

Mudah-mudahan tulisan ini dapat merangsang kreativitas umat dalam segala bidang melalui lembaga pendidikan formal dan non formal. Sekaligus mencampakkan selimut kebodohan, belenggu taqlid dan jumud.

Pendeknya, harus dibudayakan semboyan: Islam adalah agama amal. Tidak ada dikhotomi dunia akhirat, semua sama di hadapan Allah asalkan nawaitunya mengharapkan ridha Allah.

Semoga kita betul-betul Muslim ahsanu 'amala. Amin. Wallahu 'alam.***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah dosen dan Ketua Muhammadiyah Kota Pekanbaru periode 1985-1995.