PEKANBARU - Sandiaga Uno sampai di Pekanbaru, Riau, Selasa (4/9/2018) pagi ini. Ia keluar dari Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II dengan langkah tegas namun tetap santun dan menebar senyum. Penyambutannya pun tak ubahnya pejabat tinggi negara, meski saat ini, Sandi baru akan bertarung di Pilpres 2019.

Hadir di Pekanbaru dan melakukan kunjungan ke sejumlah tempat keramaian, seperti Pasar Cik Puan, Sandiaga yang lahir di Rumbai, Pekanbaru ini memang memberi harapan baru untuk Indonesia. Ditangannya Indonesia berharap sejajar dengan negara-negara lain di Asia dan juga mencapai tujuan utama berdirinya Republik Indonesia yaitu kesejahteraan rakyat.

Pencalonan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden membuat banyak orang berharap pemuda tampan ini mampu mengubah Indonesia. Dan itu sebuah kewajaran, karena meski mengenyam pendidikan barat, namun hingga kini Sandiaga tetap orang Timur yang santun dan menjunjung tinggi kebudayaan lokal bahkan seluruh tata krama dan etiket keindonesiaan. 

Melihat Sandiaga di Pekanbaru dengan sopan santun yang lahir dari dalam dirinya, sebenarnya kita diajak mengenang kembali ''sang guru etiket'' Mien R Uno yang pernah membuka kursus kepribadian di Pekanbaru tahun 1990-an. Mien R Uno adalah ibu kandung Sandiaga Uno, dia adalah guru kepribadian Indonesia yang menempatkan adap sebagai salah satu tolak ukur relationship sesama manusia.

Di Pekanbaru, Mien R Uno membuka kursus kepribadian di Mutiara Merdeka Hotel. Ia mengajarkan para ibu-ibu bagaimana mengatur rumah tangga, berbicara, mengeluarkan pendapat hingga tata krama makan yang sebaiknya. ''Kita harus punya etiket jika ingin berhasil,'' ujar Mien R Uno saat diwawancarai GoRiau.com beberapa tahun lalu.

Di dunia pendidikan, ibu Sandiaga, Mien R Uno bukanlah wanita sembarangan. Setiap sikapnya begitu terjaga dan mencerminkan rasa percaya diri yang tinggi. Wanita kelahiran Indramayu, 23 Mei 1941 ini memang seorang pakar etiket dan pengembangan diri. Bukan hanya mendirikan lembaga kursus, Mien R Uno juga banyak melahirkan buku-buku etiket.

Selain sebagai ibu rumah tangga, juga tercatat pernah mengajar di Martha Tilaar Beauty Gallery dan menjadi mengasuh acara ''Dunia Wanita'' di TVRI. Dan berbagai penghargaan juga pernah diraihnya seperti Recognition of Excellence 1987, The Most Outstanding Performance 1988, Public Figure 1990, Top Executive Indonesia 1992 - 1993, Citra Wanita Pembangunan Indonesia 1994, Indonesian Woman of The Year 1995, Citra Abadi Pembangunan Nasional 1996, Globe Asia 99, Most Powerful Women dan Permata Pertiwi 2008. Tak hanya itu, namanya bahkan sempat terdaftar sebagai 99 wanita paling berpengaruh di Indonesia versi majalah Globe Asia Oktober 2007.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/04092018/dipelukibu-7535.jpgSandiaga Uno dipeluk sang ibu, Mien R Uno usai dilantik sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Perjalanan Karir Sandiaga

Sandi Uno memulai usahanya setelah sempat menjadi seorang pengangguran ketika perusahaan yang mempekerjakannya bangkrut. Bersama rekannya, Sandi Uno mendirikan sebuah perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor. Usaha tersebut terbukti sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain. Pada tahun 2009, Sandi Uno tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes.

Di Indonesia, relatif amat susah mencari orang sukses dalam usia yang relatif muda, setidaknya dalam usia di bawah 40 tahun. Namun demikian, diantara susahnya menemukan orang sukses tersebut, muncul milyarder muda, Sandiaga Salahuddin Uno.

Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) pasti kenal dengan sosok Sandiaga S. Uno. Dia telah lengser dari jabatan ketua umum pusat organisasi yang beranggota lebih dari 30 ribu pengusaha itu.

Sandi - demikian penyandang gelar MBA dari The George Washington University itu biasa disapa- tercatat sebagai orang terkaya ke-63 di Indonesia versi Globe Asia. Kekayaannya USD 245 juta.

Sandi menyatakan tak disiapkan untuk menjadi pebisnis oleh orang tuanya. ''Orang tua lebih suka saya bekerja di perusahaan, tidak terjun langsung menjadi wirausaha,'' ujar pria penggemar basket itu.

''Menjadi pengusaha itu pilihan terakhir,'' akunya. Karena itulah, dia tak berpikir menjadi pengusaha seperti yang telah dilakoni selama satu dekade ini. ''Saya ini pengusaha kecelakaan,'' katanya, lantas tertawa.

Kiprah bisnis Sandi kini dibentangkan lewat Grup Saratoga dan Recapital. Bisnisnya menggurita, mulai pertambangan, infrastruktur, perkebunan, hingga asuransi. Namun, dia masih punya cita-cita soal pengembangan bisnisnya. ''Saya ingin masuk ke sektor consumer goods. Dalam 5-10 tahun mendatang, bisnis di sektor tersebut sangat prospektif,'' katanya, optimistis.

Seorang pebisnis, kata dia, memang harus selalu berpikir jangka panjang. Bahkan, berpikir di luar koridor, berpikir apa yang tidak pernah terlintas di benak orang. ''Mikir-nya memang harus jangka panjang.''

Dia mencontohkan, dirinya masuk ke sektor pertambangan awal 2000. Saat itu, sektor tersebut belum se-booming sekarang. ''Jadi, ketika sektor itu sekarang naik, kami sudah punya duluan,'' ujarnya.

Sandi semula adalah pekerja kantoran. Pascalulus kuliah di The Wichita State University, Kansas, Amerika Serikat, pada 1990, Sandi mendapat kepercayaan dari perintis Grup Astra William Soeryadjaja untuk bergabung ke Bank Summa. Itulah awal Sandi terus bekerja sama dengan keluarga taipan tersebut. ''Guru saya adalah Om William (William Soeryadjaja, Red),'' tutur pria kelahiran 28 Juni 1969 itu.

Bapak dua anak itu kemudian sedikit terdiam. Pandangannya dilayangkan ke luar ruang, memandangi gedung-gedung menjulang di kawasan Mega Kuningan. ''Saya masih ingat, sering didudukkan sama beliau (William Soeryadjaja, Red). Kami berdiskusi lama, bisa berjam-jam. Jiwa wirausahanya sangat tangguh,'' kenangnya. William tanpa pelit membagikan ilmu bisnisnya kepada Sandi. Dia benar-benar mengingatnya karena itulah titik awal dia mengetahui kerasnya dunia bisnis.

Di tanah air, Sandi hanya bertahan satu setengah warsa. Dia harus kembali ke AS karena mendapat beasiswa dari bank tempatnya bekerja. Dia pun kembali duduk di bangku kuliah The George Washington University, Washington. Saat itulah, fase-fase sulit harus dia hadapi. Bank Summa ditutup. Sandi yang merasa berutang budi ikut membantu penyelesaian masalah di Bank Summa.

Sandi kemudian sempat bekerja di sebuah perusahaan migas di Kanada. Dia juga bekerja di perusahaan investasi di Singapura. ''Saya memang ingin fokus di bidang yang saya tekuni semasa kuliah, yaitu pengelolaan investasi,'' tutur ayah dari Anneesha Atheera dan Amyra Atheefa itu.

Mapan sejenak, Sandi kembali terempas. Perusahaan tempat dia bekerja tutup. Mau tidak mau, dia kembali ke tanah air. ''Saya berangkat dari nol. Bahkan, kembali dari luar negeri, saya masih numpang orang tua,'' katanya.

Sandi mengakui, dirinya semula kaget dengan perubahan kehidupannya. ''Biasanya saya dapat gaji setiap bulan, tapi sekarang berpikir bagaimana bisa survive,'' tutur pria kelahiran Rumbai itu. Apalagi, ketika itu krisis.

Dia kemudian menggandeng rekan sekolah semasa SMA, Rosan Roeslani, mendirikan PT Recapital Advisors. Pertautan akrabnya dengan keluarga Soeryadjaja membawa Sandi mendirikan perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya bersama anak William, Edwin Soeryadjaja. Saratoga punya saham besar di PT Adaro Energy Tbk, perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia yang punya cadangan 928 juta ton batu bara.

Bisa dibilang, krisis membawa berkah bagi Sandi. ''Saya selalu yakin, setiap masalah pasti ada solusinya,'' katanya. Sandi mampu ''memanfaatkan'' momentum krisis untuk mengepakkan sayap bisnis. Saat itu banyak perusahaan papan atas yang tersuruk tak berdaya. Nilai aset-aset mereka pun runtuh. Perusahaan investasi yang didirikan Sandi dan kolega-koleganya segera menyusun rencana. Mereka meyakinkan investor-investor mancanegara agar mau menyuntikkan dana ke tanah air. ''Itu yang paling sulit, bagaimana meyakinkan bahwa Indonesia masih punya prospek.''

Mereka membeli perusahaan-perusahaan yang sudah di ujung tanduk itu dan berada dalam perawatan BPPN -lantas berganti PPA-. Kemudian, mereka menjual perusahaan itu kembali ketika sudah stabil dan menghasilkan keuntungan. Dari bisnis itulah, nama Sandi mencuat dan pundi-pundi rupiah dikantonginya.

Sandi terlibat dalam banyak pembelian maupun refinancing perusahaan-perusahaan. Misalnya, mengakuisisi Adaro, BTPN, hingga Hotel Grand Kemang. Dari situlah, kepakan sayap bisnis Sandi melebar hingga kini.

Terpaksa ke Mal demi Anak

Sandiaga S. Uno adalah citra kesuksesan. Semua orang tahu hal itu. Namun, di balik aktivitasnya yang padat, dia merasa berdosa kepada keluarga. Sebab, waktunya hampir habis tersita untuk aktivitas bisnis dan organisasi. ''Saya merasa nggak adil sama keluarga. Saya kerja begini untuk siapa? Rasanya ada yang hilang,'' tutur Sandi.

Sandi mengaku, biasanya menjadikan Sabtu-Minggu sebagai hari untuk keluarga. Itu pun sangat terbatas. ''Saya paling suka ke Senayan. Pasti Sabtu olahraga bareng keluarga di sana. Pagi lari, agak siang sedikit pukul-pukul bola, golf,'' ceritanya.

Kemudian, biasanya mereka sekeluarga jalan-jalan ke mal. ''Sebenarnya, saya paling nggak suka ke mal. Tapi, ya sedikit menyenangkan anaklah,'' kata Sandi yang mengaku tak tertarik terjun ke dunia politik.

Sandi lantas tertawa mengingat polah lucu sang anak itu. ''Jujur, saya selalu ingin ada di samping mereka. Saya ingin memberikan yang terbaik,'' tambahnya dengan mimik serius.

Karena itu, Sandi kerap berangan-angan bahwa sehari itu bukan 24 jam. ''Seandainya sehari itu ditambah empat jam saja, tambahan empat jam tersebut akan saya habiskan bersama keluarga,'' tegasnya. ***

Biodata Sang Miliarder Sandiaga Uno

Nama Lengkap : Sandiaga Salahuddin UnoTempat/tanggal lahir : Rumbai, 28 Juni 1969

Pendidikan Formal :- Bachelor of Business Administration, The Wichita State University, Kansas, AS, lulus 1990- Master of Business Administration, The George Washington Univ., Washington, AS, lulus 92

Pengalaman Kerja- Summa Group, Jakarta (Mei 1990-Juni 1993)- Seapower Asia Investment Limited, Singapura (Juli 1993-April 1994)- MP Holding Limited Group, Singapura (Mei 1994-Agustus 1995)- NTI Resources Limited, Calgary, Canada (September 1995-April 1998)- PT Saratoga Investama Sedaya (April 1998- sekarang)