JAKARTA - Permainan anak-anak hingga dewasa yang lagi viral lato-lato sudah menyebar ke seluruh pelosok nusantara.

Permainan Lato-Lato yang di kenal sejak tahun 60'an, kini dimainkan kembali.

Bahkan di berbagai daerah mengadakan lomba yang diikuti hampir sebagian besar anak-anak sekolah dasar yang memainkan berbagai jenis teknik.

Adapun jenis teknik bermainnya dimualai dari variasi ketukan pramuka, gaya dari duduk, jongkok, dan angkat kaki satu.

Permainan Lato-lato menurut sejumlah orangtua, telah berhasil dan terbukti telah menjauhkan anak-anak dari cengkeraman game online dan HP.

Selain mengalihkan perhatian pada permainan game di gadget, kegiatan ini juga terbukti anak-anak lebih berinteraksi dengan teman-temannya.

"Saya tidak suka anak-anak saat bermain game HP, lupa belajar, lupa makan dan merusak konsetrasinya. Tapi dengan bermain Lato-Lato anak-anak justru lebih banyak teman yang bermain bersama," ujar Yenny salah satu warga saat berbincang dengan GoNews.co, Senin (9/1/2023).

Sebelumnya, Wakil Ketua KPAI Jasra Putra menanggapi adanya aturan dari sejumlah sekolah yang melarang murid membawa mainan lato-lato ke sekolah. Jasra menilai hal ini bukan pilihan bijak.

"Dengan melarang lato-lato dibawa ke sekolah, tentu bukan pilihan bijak para guru," kata Jasra dalam keterangannya, Senin (9/1/2023).

Jasra menilai hal utama dari permainan tersebut adalah mengembalikan dunia bermain dan belajar anak. Dimana menurut Jasra dunia bermain dan belajar diharapkan diciptakan di sekolah.

"Karena ada hal yang lebih utama, yaitu mengembalikan anak pada dunia bermain dan belajarnya. Dunia bermain dan belajar inilah yang sebenarnya menjadi harapan para orang tua dengan hadirnya sekolah agar anak - anak tidak melulu bermain gadget," tuturnya.

"Di sanalah segala permainan, didampingi, dimaknai, transfer nilai dan karakter. Justru fenomena lato-lato adalah kesempatan para guru untuk kembali membuat menarik media belajar di sekolah. Apa yang dimainkan anak dengan lato-lato, merupakan sumber belajar, ada nilai berbagai mata pelajaran yang bisa diterapkan dengan anak bermain lato-lato," sambungnya.

Menurutnya anak sering kali mengalami hambatan dalam belajar, lantaran adanya kesalahan dalam pola pembelajaran. Namun dengan munculnya lato-lato Jasra menilai hal ini membuktikan tingginya minat belajar anak melalui permainan.

"Seringkali hambatan anak dalam memahami belajar, bukan soal nilai, tetapi sejak awal salah memilih cara masuk ke anak melalui media bermain dan belajar. Lato-lato membuktikan minat belajar anak sangat tinggi melalui permainan ini. Ini yang benar benar harus dimanfaatkan secara baik," tuturnya.***