PESHAWAR - Jumlah korban tewas akibat ledakan bom bunuh diri dalam masjid di Peshawar, Pakistan, Senin (30/1/2023) sore bertambah jadi 60 orang lebih. Sedangkan korban luka-luka tercatat 157 orang.

Dikutip dari Liputan6.com, Kepala Polisi Peshawar Mohammad Aijaz Khan menyatakan bahwa korban tewas sedikitnya 61 orang, sedangkan sumber lain menyebut korban tewas 63 orang.

Operasi penyelamatan dilaporkan masih terus berlangsung di area masjid, yang terletak di dalam kompleks kepolisian. Saat bom bunuh diri terjadi, sebagian besar jamaah yang memenuhi masjid adalah polisi.

"Pembunuhan brutal Muslim yang tengah beribadah adalah menentang ajaran Alquran," ungkap Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif seraya menambahkan bahwa menargetkan masjid adalah bukti bahwa penyerang tidak ada kaitannya dengan Islam. Demikian seperti dikutip dari CNN, Selasa (31/1/2023).

"Teroris ingin menciptakan ketakutan dengan menargetkan mereka yang melakukan tugas membela Pakistan. Mereka yang berperang melawan Pakistan akan dihapus dari halaman," imbuhnya.

PM Sharif melakukan kunjungan ke Peshawar pasca bom bunuh diri, di mana ia mengunjungi Lady Reading Hospital untuk bertemu korban luka.

"Baru saja kembali dari Peshawar. Skala tragedi manusia semata -mata tidak terbayangkan. Ini tidak kurang dari serangan terhadap Pakistan. Bangsa ini kewalahan oleh rasa kesedihan yang mendalam. Saya tidak ragu terorisme adalah tantangan keamanan nasional terkemuka kami," twit Sharif.

"Pesan saya kepada para pelaku kejadian tercela hari ini adalah bahwa Anda tidak dapat meremehkan tekad orang-orang kami," tambahnya

Taliban Mengaku Bertanggung Jawab

Sebelumnya, Sarbakaf Mohmand, seorang komandan Taliban Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri tersebut.

Via Twitter, Mohmand mengklaim bahwa bom bunuh diri itu untuk membalas pembunuhan Abdul Wali, yang secara luas dikenal sebagai Omar Khalid Khurasani. Ia tewas terbunuh di Provinsi Paktika di Afghanistan pada Agustus 2022. Demikian seperti dikutip dari AP.

Taliban Pakistan, yang juga dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan atau TTP, berbeda dari sekutu dekatnya, Taliban Afghanistan.

Namun, laporan teranyar mengungkapkan juru bicara TPP Muhammad Khorasani membantah keterlibatan pihaknya dalam serangan itu.

"Mengenai insiden Peshawar, kami menganggap perlu untuk mengklarifikasi bahwa Tehreek-e-Taliban Pakistan tidak ada hubungannya dengan kejadian ini. Menurut undang -undang dan konstitusi umum kami, tindakan apa pun di masjid, madrasah, lahan pemakaman dan tempat-tempat suci lainnya merupakan pelanggaran," kata Khorasani dalam sebuah pernyataan pada Senin malam.

Dia tidak mengomentari pernyataan sebelumnya oleh Sarbakaf Mohmand dan Omar Mukaram Khurasani.

Pihak berwenang Pakistan mengatakan penyelidikan sedang berlangsung dan belum mengonfirmasi klaim mana pun.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk serangan bom bunuh diri.

"Sangat mengerikan bahwa serangan terjadi di tempat ibadah," kata juru bicaranya Stephane Dujarric seperti dikutip dari Anadolu. "Kebebasan beragama atau keyakinan, termasuk beribadah dalam damai dan keamanan merupakan hak manusia yang universal."

Kementerian Luar Negeri Bahrain melontarkan kutukan serupa. Selain itu, Bahrain juga mengulang solidaritas dengan Pakistan dalam memerangi teroris, menolak serangan terhadap rumah ibadah, dan orang-orang tidak bersalah. Demikian dikutip dari Bahrain News Agency.

Arab Saudi, sumber penting bantuan keuangan Pakistan, mengatakan pihaknya menolak penargetan tempat ibadah, teror dan pertumpahan darah orang-orang tidak bersalah.

"Kementerian luar Negeri mengungkapkan kutukan dan penolakan atas serangan serangan teroris di sebuah masjid di Peshawar, Pakistan," ungkap Kementerian Luar Negeri Arab Saudi seperti dikutip dari Middle East Eye.

Uni Emirat Arab dan Qatar juga merespons bom bunuh diri di Pakistan dengan kutukan.

"Sikap Qatar tegas menolak kekerasan dan terorisme, terlepas dari motif dan alasan apapun," ungkap Kementerian Luar Negeri Qatar.***