MAMUJU -- Sejumlah korban gempa di Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), dipaksa aparat TNI membongkar tenda pengungsian menjelang Presiden Joko Widodo (Jokowi) datang berkunjung.

Dikutip dari detikcom, setelah dipaksa membongkar tenda, mereka disuruh masuk ke dalam Stadion Manakarra. Video peristiwa tersebut viral di media sosial.

''Subuh-subuh disuruh bongkar tenda baru disuruh masuk di dalam (ke dalam stadion). Harus bersih di sini karena mau datang Jokowi, setelah Jokowi pulang katanya baru bisa pasang tenda lagi,'' ujar pengungsi bernama Qadariah (40), Selasa (19/1/2021).

Qadariah mengaku sempat menolak untuk membongkar tenda. Namun, dia menyebut, karena aparat sempat mengancam, Qodariah benar-benar membongkar tendanya dan memasangnya kembali saat kunjungan Jokowi telah selesai.

''(Aparat) bilang kita ini sudah bicara baik-baik jangan sampai kita kasar sama kalian-kalian ini, harus berakal sehat. Jadi saya bilang lagi di situ, siapa ini yang tidak punya akal sehat, kita-kita ini rakyat atau para tentara ini,'' jelas Qadariah.

Selain membongkar tenda, Qadariah mengaku menyembunyikan barang-barangnya di bawah sebatang pohon agar tak terlihat saat Jokowi datang.

''Barang-barangku di belakang sini, kuumpetin pakai terpal biru di bawah pohon,'' katanya.

Selain Qadariah, seorang pengungsi bernama Fat (26) memberikan pengakuan yang sama. Fat mengatakan aparat bahkan menjanjikan bingkisan agar pengungsi mau menuruti kemauan mereka.

''Tadi lagi 2 jam mau datang Jokowi, datang lagi tentara tiga, 'Pak ini bongkar saja, nanti kami kasi bingkisan,''' kata Fat saat ditemui terpisah.

Aparat memaksa pengungsi pindah ke tenda di dalam Stadion Manakarra karena di dalam telah disediakan tenda Kemensos, TNI, dan BNPB. Namun pengungsi menolak dengan alasan mereka pernah ditemui oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang meminta para pengungsi menjauhi gedung karena gempa susulan masih terus terjadi.

''Kepala BMKG yang perempuan itu pernah ke sini bilang jauhi gedung-gedung. Sementara kita lihat stadion ini sudah tua, kalau terjadi gempa orang pasti panik berlarian baru pintu keluar stadion cuma satu,'' kata Fat.

''Jangan kan di dalam, di luar di sini saja kemarin orang-orang berlarian karena ada gempa lagi,'' katanya lagi.

Sementara seorang pengungsi lainnya, Ani (47), menyebut aparat tak mengerti dengan perasaan pengungsi.

''Kita ini punya rumah sebenarnya Pak. Kita ke sini mengungsi karena butuh tenang, kita ini masih ada trauma, jadi kenapa ada seperti ini lagi kita bingung,'' katanya.

Dandim Sebut Salah Paham

Terkait hal itu, Dandim 1418/Mamuju Kolonel Tri Aji Sartono menegaskan tidak ada paksaan dari personel TNI yang meminta warga membongkar tenda pengungsian.

''Nggak, nggak, tidak ada pengondisian (memaksa warga membongkar tenda karena Jokowi mau datang). Kita imbau baik-baik masyarakat silakan, kita siapkan fasilitas. Nggak ada pengondisian, mana berani kita pengondisian," ujar Tri, Selasa (19/1/2021).

Simak penjelasan Dandim 1418/Mamuju Kolonel Tri Aji Sartono selengkapnya di halaman selanjutnya.

Menurut Kolonel Tri, video viral dan pengakuan warga dipaksa membongkar tenda hanya lah kesalahpahaman. Dalam situasi pascabencana seperti ini, rawan terjadi kesalahpahaman.

''Ya biasalah, dalam situasi panas begitu, sudah capek. Pokoknya begini, kita sampaikan ke mereka bahwa intinya kita siapkan fasilitas itu permanen, dari pemerintah dari kementerian, TNI hanya membantu. Kalau kita dianggap salah, salah apa kita sudah membantu,'' kata Kolonel Tri.

Tri juga sudah menemui langsung pengungsi yang mengaku dipaksa membongkar tenda tersebut. Pengungsi yang salah paham itu disebut sudah meminta maaf.

''Mereka sudah minta maaf ke saya itu. Jadi saya bilang saya juga korban bencana, istri saya itu mengungsi itu, sama," jelasnya.

''Tapi kan kita masih punya tanggung jawab membantu masyarakat, kalau masyarakat kita nilai tidak baik (di luar) ternyata masyarakat tidak terima ya silahkan saja kalau tidak mau, saya nggak paksa. Tetapi kalau bisa ya ke dalam silakan, fasilitas lebih lengkap lebih nyaman, kan begitu,'' lanjutnya.

Tri kembali menegaskan, tidak ada paksaan dari pihaknya yang meminta warga membongkar tenda.

''Nggak ada, nggak ada. Kebetulan kan tendanya baru jadi, jadi baru bisa disuruh masuk. Jadi nggak ada perintah,'' sambungnya.***