JAKARTA -- Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa Inggrid Maria Palupi Kansil yang kini menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, merupakan seorang mualaf. Inggrid Kansil, memutuskan bersyahadat atau memeluk Islam tahun 1999.

Sebelum menggeluti dunia politik, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat dan Ketua Umum Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) ini dikenal sebagai aktris, pembawa acara dan bintang iklan.

Politikus yang kini 46 tahun itu menikah dengan Syarief Hasan pada 26 Juni 1999 dan telah dikaruniai dua anak, yakni Ziankha Amorrette Fatimah Syarief dan seorang anak yang meninggal dunia pada tahun 2000. Anak pertamanya itu meninggal dunia saat dua jam setelah lahir.

Melalui YouTube Venna Melinda Channel, Inggrid Kansil menceritakan kisah perjalanan menjadi mualaf.

''Saya kan mualaf, jadi meskipun saya di agama sebelumnya, saya selalu berupaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Saya mualaf bukan karena suami saya,'' kata Inggrid Kansil, seperti dikutip dari detikcom.

Inggrid Kansil memutuskan untuk menjadi mualaf saat masih kuliah pada 1997. Ia mengaku, kedua orangtuanya berbeda agama. Sang ibu beragama Islam dan ayahnya non Muslim. Meski demikian keluarganya saling menghormati satu sama lainnya.

''Papa dari Sulawesi Utara dan mama dari Jawa Barat. Tapi sekarang papaku sudah hijrah. Nggak lama satu tahun saya mendapatkan hidayah itu, papa juga ikut masuk. Padahal dulu papa sempat menentang, karena dulu saya paling rajin ke gereja,'' kenangnya.

Mojang Cianjur, Jawa Barat ini percaya jika Tuhan yang mengatur semuanya. Sebelumnya ia juga telah mempelajari beberapa agama dan baginya saat itu, yang memantapkan hatinya adalah agama Islam.

''Saya belajar dan diskusi dengan paman saya yang duluan hijrah. Saya juga bertanya-tanya terhadap perbedaan-perbedaan, cuman saya nggak bisa publish di sini,'' lanjutnya.

Selain itu, Inggrid Kansil mengatakan faktor lingkungan juga yang membuat hatinya lebih kuat lagi untuk memeluk agama Islam. SD dan SMP ia bersekolah di sekolah Katolik. Setelah itu Inggrid kuliah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), Jakarta Selatan. Di kampusnya dia merasa ada beragam suku.

Inggrid yang saat itu masih nge-kost dan tempatnya kerap dijadikan basecamp oleh teman-temannya untuk salat. Di situlah Inggrid merasakan kedamaian saat melihat teman-temannya sedang beribadah salat.

''Saya bilang enak banget sih ada kenikmatan, salat bersih, terus mereka mengaji di depan aku. Aku mulai banyak bertanya-tanya di situ,'' ujarnya.

Sambil menahan tangis, Inggrid Kansil mengatakan bahwa banyak doanya yang selalu dikabulkan oleh Allah SWT. ''Sampai aku itu nggak tahu lagi mau membalasnya bagaimana? Karena apa yang selama ini aku minta selalu dikabulkan,'' tuturnya bergetar.

Di akun Instagramnya Inggrid kerap syiar melalui pesan-pesan yang bisa memotivasi. Setelah berhijab, Inggrid Kansil juga merasa lebih merasa tenang dan jika ada masalah selalu merasa dikuatkan.

''Karena aku itu kadang-kadang zaman kuliah, aku makan bisa menangis. Karena merasa menikmati makanan yang enak di restoran. Sekecil apapun yang kita punya kita harus bersyukur. Dulu aku punya uang 2 ribu rupiah saja sudah bersyukur. Karena mama aku mengajarkan selalu bersyukur,'' tuturnya.***