JAKARTA - Di hadapan sekitar 500 peserta Konferensi Mubalig Indonesia, Jakarta, 23 Maret 2019, Ketua MPR Zulkifli Hasan menceritakan dirinya telah berkeliling ke berbagai daerah. Dalam kunjungan itu, kadang dirinya menitikan air mata, sebab petani mayoritas tidak memiliki lahan.

"Lahan yang dikerjakan adalah tanah milik orang. Mereka menjadi buruh tani," ujarnya.

Pria asal Lampung itu membayangkan bagaimana anak keturunan mereka kelak. Ia ingat akan kata Bung Karno bangsa ini bisa menjadi kuli di negerinya sendiri bila demikian.

Kemiskinan dan kesenjangan sosial seperti itulah yang disebut oleh Zulkifli Hasan sebagai tantangan kebangsaan. Dari faktor yang demikian membuat sebagian masyarakat menggunakan Pemilu sebagai sarana yang pragmatis menukarkan suaranya dengan sembako dan uang.

Untuk itu dirinya mengharap agar para muballigh yang datang dari seluruh daerah untuk ikut mengedukasi masyarakat. "Sebagai sosok yang menjadi tauladan, ulama, ustad, dan muballigh perlu mengedukasi ummat," ujarnya.

Zulkifli Hasan mengatakan perlu dikabarkan kepada masyarakat bahwa Pemilu adalah sarana untuk memperbarui komitmen dan menentukan jalan hidup rakyat, bangsa, serta negara. Dalam Pemilu ditegaskan, rakyat bebas memilih calon Presiden dan wakil rakyat sesuai pilihannya.

Bagi Zulkifli Hasan, Pemilu disebut sukses apabila berhasil menjahit merah putih dan mempersatukan kembali perbedaan. Untuk itu dirinya memwanti-wanti agar penyelenggara Pemilu untuk adil dalam bekerja.

"Mereka telah disumpah untuk taat konstitusi. Mereka harus mengayomi semua," tambahnya.

Ini penting dilakukan kata Zulkifli, sebab Pemilu itu bisa berlangsung damai apabila dilakukan secara Luber Jurdil. "Jadi Pemilu damai tak serta merta," tandasnya.

Hadirnya ulama di tengah masyarakat untuk mengatasi tantangan kebangsaan, menurut Zulkifli Hasan sudah dilakukan sejak tahun 1900-an. Pada masa itu lahir organisasi-organisasi ulama yang peduli pada masalah kebangsaan, keummatan, pendidikan, dan perdagangan.

Dicontohkannya, pada masa itu lahir organisasi Jammiatul Khair, Sarekat Dagang Islam, Sarekat Islam, Muhammadiyah, NU, Persis, dan lain sebagainya. Dari sejarah yang ada, Zulkifli Hasan heran bila ada yang mengatakan banyak ulama radikal. "Berarti mereka nggak paham sejarah. Sejarah menunjukan keislaman dan kebangsaan adalah seiring sejalan," urainya.

Untuk memberdayakan ummat Islam, Zulkifli Hasan mendorong kepada para muballigh untuk meniru Nabi Muhammad di mana pada waktu itu Nabi menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan. Dari masjid, problem kesenjangan dan kemiskinan yang ada di masyarakat diharap bisa diatasi.

"Dari masjid lah peradaban ummat Islam dibangun. Peradaban yang dibangun Nabi itu mengalahkan peradaban lain yang sudah ada," pungkasnya.***