APABILA tujuan tidak jelas, apalagi tidak tahu, diyakini perjalanan akan ngawur, akan tersesat dan tidak akan sampai ke tujuan.

Kita awali dengan pertanyaan, apa tujuan beragama Islam? Secara umum; menjadikan umat manusia umat yang baik, sehingga memudahkan mencapai bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Secara khusus; agar kehidupan umat manusia berlangsung aman, damai, sejahtera dalam bingkai tauhid yang mantab dan akhlakul karimah.

Untuk memudahkan tercapainya tujuan beragama, ada perangkat-perangkat berupa rukun-rukun dan syariat-syariat. Ada Rukun Islam (5) sebagai syarat mutlak menjadi seorang Nuslim. Ada Rukun Iman (6) sebagai syarat mutlak menjadi seorang Mukmin.

Sampai di sini, amat jelas dan tegas bahwa tujuan ber-Islam tidak sama dengan rukun-rukun (Islam dan Iman). Namun ada hubungan timbal balik antara tujuan Islam dan rukun-rukun. Apabila rukun-rukun (Islam dan Iman) diamalkan dengan baik dan berdampak, diyakini tujuan ber-Islam akan mudah tercapai.

Salat jika berdampak yaitu akan mencegah segala bentuk kemungkaran, yaitu bahagia di dunia, bahagia di akhirat (Innassholata tanha ‘anil fahsya’i wal mungkar).

Disinilah salat disebut tiang agama (assholatu imaduddin) dan iman sebagai pondasi atau tiang pancang (melalui kalimat thayyibah; Laa ilaha illallah).

Dalam (Surat An-nisa : 78), Allah menyuruh Muhammad mengatakan; “Bahwa semua itu datangnya dari Allah'', untuk itu kita disuruh agar mengabdi kepada-Nya (Surat Azzariyat: 56), “Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Ku”.

Tegak dan kokohnya agama Islam tergantung kepada kualitas pengamalan kedua rukun di atas yang dibingkai akhlakul karimah dan tauhid yag mantap.

Kita tak boleh lupa, ”innama buistu liutammima makarimal akhlak”, Kata Rasulullah: “aku diutus dengan tugas pokok memperbaiki dn membina akhlah umat manusia (HR. Ahmad & Abu Hurairah).

Jika salat belum bisa mencegah segala kemungkaran, berarti tiang agama rapuh, salat disebut hanya formalitas dan rutinitas, sekaligus tujuan beragama sulit dicapai.

Agar lebih mantap pengamalan kita terhadap ajaran Islam, kita disuruh ber-Islam itu secara kaaffah, menyeluruh tidak sepotong-sepotong, apalagi menurut selera saja. Alquran menyebut; “ya ayyuhallazina amanudkhulu fissilmi kaaffah” (Albaqarah : 208).

Disini pulalah pentingnya ilmu, hanya agama Islam di dunia yang ajaran pertamanya agar berilmu (iqra) dimana sumber utama berilmu itu dari banyak membaca.

Apa yang terjadi akhir-akhir ini, dimana kemungkaran semakin merajalela dan pelakunya orang-orang hebat (berpendidikan), guru, dosen, ustaz, pengasuh pesantren, polisi, hakim, jaksa, DPR, menteri, bupati, gubernur, wali kota dan seterusnya, berpacu melakukan kezaliman dan kemungkaran.

Ini semua terjadi karena salat dan iman bermasalah. Logika dan akal sehat mengatakan akan sulit tercapai tujuan beragama yaitu menjadi umat yang baik bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Salat baru sebatas formalitas dan iman masih goyang.

Oleh sebab itu, selalulah ingat tujuan beragama (Islam) dan kita berusaha terus agar Islam tegak kokoh yang bingkainya adalah tauhid yang mantap dan akhlakul karimah. Insya Allah negeri kita menjadi negeri yang aman makmur damai di bawah naungan ridha Allah.***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah dosen & Ketua Dewan Penasihat IKMR Provinsi Riau.