PEKANBARU, GORIAU.COM - Pekanbaru disinyalir menjadi sasaran empuk dalam peredaran narkoba. Dengan kebutuhan akan barang haram yang tinggi serta didukung menjamurnya club dan hiburan malam, menjadikan para bandar, baik dalam maupun luar kota, memilih untuk menjajakan bisnis tersebut di kota bertuah.

Demikian dikatakan Kasat Narkoba Polresta Pekanbaru, Kompol Iwan Lesmana Riza, saat berbincang dengan GoRiau.com terkait alasan maraknya peredaran narkoba khususnya di Pekanbaru. Untuk mengantisipasi semua itu, jajaran Sat Narkoba Polresta mengimbanginya dengan memperkuat jumlah personil.

"Kita tetap berusaha melakukan pemberantasan lingkaran peredaran narkoba di Pekanbaru dengan mengimbangi kekuatan personil, alat dan pengetahuan, sebagai upaya antisipasi. Walaupun fasilitas yang dimiliki saat ini terbatas, tetapi kan ada cara lain bagi anggota untuk membaur dengan jaringan pengedar. Bisa dengan cara menyamar atau lainnya," bebernya.

Ia tak menampik, bila kebutuhan narkoba sangat tinggi di Pekanbaru. Selain itu kota bertuah sangat bagus jadi lokasi transaksi narkoba, yang membuat banyak para bandar luar kota memilih menjual barang haram mereka ke Pekanbaru.

"Dampak dari berkembangnya suatu kota adalah bertambah banyaknya tempat hiburan malam yang cenderung identik dengan narkoba dan transaksi jual beli. Apalagi disini banyak terdapat lokasi-lokasi seperti itu. Yang jelas kita terus upayakan pencegahan tak hanya kepolisian, namun juga dengan berkoordinasi bersama pihak terkait lainnya," ulasnya.

Bahkan menurutnya, hasil penelusuran tim dilapangan menemukan adanya indikasi penggandaan narkoba. Maksudnya, setelah berpindah tangan (transaksi,red), narkoba-narkoba yang dikirim ke Pekanbaru tersebut kembali diolah para Kurir sehingga bertambah banyak dari jumlah aslinya.

"Mereka pintar, ada dugaan juga bila narkoba ini digandakan begitu sampai. Jadi bila seharusnya ada seribu butir yang dikirim, itu dilebur lagi, lalu dicampur zat lain sehingga jadi banyak bahkan bisa dua kali lipat jumlahnya. Hanya saja kadar bius nya berkurang," bebernya lagi.

Terkait bisnis haram ini, salahsatu kasus yang cukup fantastis, adalah terungkapnya jaringan sindikat bandar ribuan butir ekstasi dan sabu antar provinsi, yang ternyata dikomandoi oleh seorang penghuni Lapas di Tanjung Gusta Medan, Sumatera Utara.

Dalam kasus ini, enam orang sudah ditetapkan sebagai tersangka yang diringkus di lima lokasi terpisah, dimana satu diantaranya nekat melompat dari lantai delapan hotel Aryaduta, sewaktu petugas melakukan penggrebekan.

"Sampai kini tersangka yang memegang kunci informasi (ST, tersangka yang melompat dari lantai 8,red), masih belum bisa dimintai keterangannya. Dia adalah kunci jaringan tersebut. Karena untuk Pekanbaru, kita duga dialah bandar utama nya," kata Kasat menjelaskan.

Hasil pengembangan, sambungnya, ada 12 orang kaki tangan ST, sesuai buku catatan transaksi yang sebelumnya berhasil diamankan polisi. Diantara itu, tiga orang tengah didalami, dimana rata-rata dari mereka merupakan pemain baru, atau ada dugaan mereka memakai nama lain atau samaran.

"Selain itu, bukti percakapan dari handphone tersangka ST kita bisa tahu, bahwa dia tak hanya bandar ekstasi, melainkan juga bandar sabu, bersama kaki tangan lainnya. Ini yang masih kita kembangkan. Dugaan sementara otak dari pelaku lainnya ada di Rohil," tutupnya kepada GoRiau.com. (had)