TELUKKUANTAN – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kuantan Singingi (Kuansing), Riau menanggapi kasus dugaan malpraktik di Klinik Pratama Harapan Bunda Cerenti. Akibatnya, salah seorang pasien alami penis putus saat kegiatan sunat massal.

IDI Kuansing menyoroti metode sunat yang digunakan perawat di klinik tersebut. Menurut dr Fahdiansyah SpOG, Ketua IDI Kuansing, berkemungkinan sunat menggunakan metode cauter.

"Ini merupakan metode laser yang menggunakan pemanas elektrik yang ditembakkan ke ujung penis untuk memotong kulup," ujar Fahdiansyah, Rabu (21/12/2022) di Telukkuantan.

Proses sunat dengan metode ini dapat mengurangi pendarahan dan penyembuhan lebih cepat serta perawatan lebih sederhana.

"Jadi, tidak mungkin pakai pisau cutter, yang ada metode cauter," tegas Fahdiansyah.

Kegiatan sunat massal dilaksanakan pada Ahad (18/12/2022) lalu. Pada kasus dugaan malpraktik, petuga yang melakukan sunat adalah perawat, bukan dokter. Karena itu, IDI Kuansing meminta Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kuansing menyelesaikannya.

"Ini ranahnya PPNI, sebab tenaga kesehatan yang melakukan sunat adalah perawat. Kita minta PPNI bersama Diskes untuk menyelesaikannya. Diskes juga harus menertibkan kewenangan tenaga kesehatan sesuai aturan yang ada," papar Fahdiansyah.

Sejak mencuatnya kasus ini, berbagai tanggapan datang dari masyarakat. Bahkan, beberapa tokoh masyarakat Kuansing angkat bicara dan lebih cendrung menyalahkan dokter. Ada juga yang mempertanyakan keberadaan IDI Kuansing.

"Untuk tokoh masyarakat yang mempertanyakan IDI dan dokter, kami minta untuk bijaksana dalam menanggapi kasus ini," tutup Fahdiansyah.***