BAKU -- Perang antara pasukan Azerbaijan dengan Armenia memasuki hari kedua pada Senin (28/9/2020). Sebanyak 39 orang dilaporkan terbunuh hari ini akibat perang di kawasan Nagorny Karabakh tersebut.

Dikutip dari Kompas.com, kelompok separatis etnis Armenia di Karabakh mengumumkan, 15 anggota mereka terbunuh dalam pertempuran.

Konflik ini bermula ketika wilayah Nagorny Karabakh direbut separatis pada 1990-an, dengan pertempuran terakhir dua kubu terjadi pada 2016.

Kementerian pertahanan di Karabakh menyatakan, sebanyak 32 tentara mereka tewas dalam pertempuran yang terjadi pada Senin (28/9/2020).

Adapun tujuh korban lainnya merupakan warga sipil, lima di antaranya adalah keluarga Azerbaijan.

Kementerian pertahanan Armenia menerangkan, baku tembak berlangsung semalaman dan mereka berhasil merebut daerah mereka.

Namun, Baku mengklaim bahwa mereka semakin bergerak maju dengan menghujani posisi musuh menggunakan roket dan serangan udara.

''Militer berhasil merebut sejumlah posisi penting desa Talysh. Musuh dipukul mundur,'' jelas kementerian pertahanan Azerbaijan dikutip AFP.

Darurat Perang

Yerevan menuding pasukan musuh membombardir kelompok separatis yang mereka sokong menggunakan segala persenjataan berat.

Adapun Baku balik menyatakan bahwa bekas pecahan Uni Soviet tersebut menyerang permukiman sipil di kota Terter.

Azerbaijan melontarkan klaim bahwa mereka mampu membunuh 550 milisi pemberontak. Sebuah klaim yang mendapat bantahan dari Armenia.

Pertempuran tersebut terjadi pada Minggu pagi waktu setempat, di mana Armenia dan Azerbaijan saling tuding memulai baku tembak.

Berbagai pihak di dunia pun meminta kepada dua negara pecahan Uni Soviet tersebut untuk menghentikan konflik dan duduk semeja.

Rusia menyatakan, Presiden Vladimir Putin dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mendiskusikan situasi melalui percakapan telepon.

Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menginisiasikan langkah agar kedua pihak melakukan gencatan senjata, serta berunding guna mencari solusi.

Kemudian AS melalui kementerian luar negerinya juga mengaku telah menghubungi kedua kubu agar menghentikan tembak menembak dan segera bernegosiasi.

Wilayah Nagorny Karabakh direbut oleh separatis dari etnis Armenia dalam perang di periode 1990-an, yang merenggut nyawa 30.000 orang.

Upaya untuk meredam salah satu konflik mematikan sejak kejatuhan Soviet tersebut kolaps sejak gencatan senjata pada 1994.***