SIAK - Almarhum Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, seorang yang soleh dan berilmu. Beliau merupakan sultan Siak ke 4, putra pendiri kesultanan Siak, Raja Kecik dan saudara sultan Siak ke 2 Sultan Muhammad Abdul Jalil Syah.

Bupati Siak, Syamsuar yang datang ke kegiatan Haul Marhum Pekan Sultan Abdul Jalil Alamuddinsyah, di Masjid Agung Senapelan, Pekanbaru, Senin (19/11/2018) menceritakan sedikit sejarah Sultan Siak ke 4 itu.

Dikatakannya, meskipun baginda naik tahta atas bantuan Belanda, ia tidak mau mendapat kekangan dari mereka dalam urusan pemerintahan. Apalagi setelah semakin tampak kelakuan buruk Belanda yang lantas menancapkan kuasa di Mempura dan menguasai jalur perdagangan Sungai Siak.

Selain itu, para orang-orang besar pengikut Sultan Ismail menampakkan ketidaksenangan atas perubahan pucuk kekuasaan itu. Maka, diutuslah Agam dari suku Limapuluh untuk meninjau bandar Senapelan untuk dijadikan pusat kekuasaannya yang baru.

Kemudian setelah beres segala sesuatunya, beliau membawa serta seluruh perangkat kerajaan dan pindah ke hulu. Senapelan yang merupakan simpang lalu lintas perdagangan itu semakin ramai setelah menjadi ibukota Siak.

Baginda membangun sebuah pekan (pasar) untuk mengurangi peran Petapahan yang sebelumnya menjadi pekan bagi saudagar-saudagar dari tanah Minangkabau.

Selanjutnya, baginda membuka jalur transportasi menghubungkan dengan negeri-negeri penghasil lada, damar, kayu, gambir, dan rotan.

Jalur tersebut menuju ke selatan sampai ke Teratak Buluh dan Buluh Cina dan ke barat sampai ke Bangkinang terus ke Rantau Berangin.

Di samping itu, dilakukan perbersihan terhadap perompak dan penyamun di sekitar Bencah Lawas. Pekan baru ini akhirnya berkembang dengan pesat hingga dikemudian hari daerah tersebut lebih dikenal dengan Pekanbaru.

Perekonomian yang semakin maju di Senapelan tersebut telah memotong jalur perdagangan ke hilir sungai Siak. Akibatnya, Mempura menjadi sepi dan Belanda dirugikan. Kerugian besar tersebut bahkan mendesak Belanda untuk menutup lojinya di Pulau Guntung pada tahun 1765.

"Kegiatan ini bagian dari memperingati jasa beliau. Kalau kita tidak menghormati, rasanya tak patut, semoga apa yang telah diperbuatnya untuk negeri jadi amal jariyah, amin," ucap Syamsuar.

Masih kata Syamsuar, kalau kami di Siak, setiap adanya peringatan maupun hari besar, kami selalu berziarah ke makam Sultan yang ada di Siak, seperti contoh makam Raja kecik dan Sultan Syarif Kasim II.

"Kegiatan ziarah tersebut jangan sampai dilupakan, itu merupakan bentuk kita untuk menghormati seluruh jasa para pemimpin negeri dahulunya", pesan Datuk Setia Amanah itu.

Selain Bupati Siak, kegiatan ini juga dihadiri oleh Walikota Pekanbaru Firdaus, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Pekanbaru Yose Saputra, dan Pengurus mesjid raya Senapelan Abdul Ghofur. ***