JAKARTA - Hamid Muhammad, Dirjen Dikdasmen Kemendikbud menyebutkan, saat ini pemerataan mutu pembelajaran menjadi fokus Kemendikbud RI. Mutu yang ditagih adalah peningkatan pada kompetensi siswa, pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, berkomunikasi, dan kreatif.

Menurut Hamid, dalam setahun ini Tanoto Foundation melalui Program PINTAR bekerja sama dengan Kemendikbud telah melatih para guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca.

Dampaknya pembelajaran di kelas guru-guru memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Siswa juga dilatih keterampilan abad 21 dan peningkatan minat membaca. Masyarakat juga terlibat aktif dalam meningkatkan kualitas sekolah.

"Mutu siswa ditentukan pembelajaran yang berkualitas, maka yang harus dikontrol dan diawasi adalah guru. Maju tidaknya sekolah bergantung kepala sekolah. Program PINTAR ini memastikan guru dan kepala sekolah menjalankan perannya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Untuk itu saya mendorong program ini perlu didiseminasikan dalam rangka pemerataan kualitas pendidikan. Kemdikbud, Pemerintah Daerah, dan Tanoto Foundation perlu bersinergi untuk mewujudkannya," kata Hamid pada acara Sharing Best Practice Program PINTAR yang dihadiri sekitar 20 peserta pejabat Kemdikbud RI di Jakarta, Selasa (28/5/2019) kemarin.

Pada acara tersebut, ada empat narasumber dari unsur guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan yang berbagi pengalaman praktik baiknya dalam menerapkan Program PINTAR. Salah satunya Guru Matematika SMPN 4 Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, Mardiyati.

Mardiyati mengungkapkan, pembelajaran HOTS (Hingher Order Thingking Skill) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk melatih keterampilan abad 21. Guru matematika SMPN 4 Sungai Apit Siak, Riau, ini membagi pengalamannya dalam menerapkan pembelajaran yang memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

"Saya dilatih Tanoto Foundation membuat lembar kerja (LK) yang berisi penugasan atau pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Melalui LK tersebut, siswa didorong untuk membangun gagasannya sendiri, berpikir kreatif, dan berpikir alternatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran," ungkap Mardiyati.

LK tersebut diterapkan dalam pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR (Mengalami, Knteraksi, Komunikasi, dan Refleksi). Melalui MIKiR, siswa difasilitasi untuk melakukan kegiatan atau mengamati saat pembelajaran berlangsung. Mereka dibentuk dalam kelompok kecil untuk lebih banyak berinteraksi, berdiskusi, atau bekerja sama. Hasil karya, gagasan, atau pikiran siswa juga difasilitasi untuk dikomunikasikan atau dipresentasikan. Terakhir, melakukan kegiatan refleksi pembelajaran untuk melihat kembali pengalaman belajar dan mengambil pelajaran untuk lebih baik lagi ke depannya.

"Saat saya mengajar tentang peyelesaian masalah yang terkait dengan perbandingan senilai atau skala, saya tidak langsung memberikan konsep perbandingan senilai. Tetapi, saya meminta siswa melakukan praktik mengukur jarak di peta, melihat skala yang digunakan dalam peta, dan menentukan ukuran sebenarnya jarak pada peta. Dari situlah siswa bisa menemukan konsep perbandingan senilai. Setelah siswa memahami konsep, maka pemberian tugasnya lebih menantang untuk siswa lagi. Misalnya siswa ditugaskan membuat denah sekolah dengan menerapkan konsep perbandingan senilai," kata Mardiyati memberikan contoh pembelajaran matematika yang dia ajarkan di kelas di Kemendikbud RI.

Pembelajaran HOTS yang diterapkan unsur pembelajaran aktif MIKiR menurut Mardiyati, membuat siswa lebih mudah memahami konsep pembelajaran, bahkan membantu mereka dalam mengerjakan soal UNBK (ujian nasional berbasis komputer).

"Biasanya guru-guru lebih banyak melatihkan soal-soal untuk menghadapi ujian nasional. Padahal dengan pembelajaran aktif, siswa menjadi lebih mudah memahami konsep dan mengerjakan soal UNBK. Dengan menerapkan pembelajaran aktif tersebut, pada saat yang sama, siswa dilatihkan memiliki keterampilan abad 21 yaitu berpikir kritis, memecahkan masalah secara kreatif, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan baik," ujar Mardiyati.

Kepemimpinan Kepala Sekolah Penentu Perubahan

Murniati Nasution, Kepala SDN 122375 Pematang Siantar, Sumatera Utara, memaparkan pengalamannya membawa perubahan pembelajaran di sekolahnya. Semua guru konsisten menerapkan pembelajaran aktif, siswa difasilitasi belajar menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan kegiatan membaca buku setiap hari.

Orangtua juga terlibat aktif dalam mendukung peningkatan mutu sekolah. Kini, para kepala sekolah dan guru-guru dari sekolah lainnya tertarik belajar dan mengunjungi sekolahnya untuk melihat proses pembelajaran di kelas.

"Saya sering mengikuti pelatihan namun tidak ada tindaklanjut implementasinya. Pelatihan Tanoto Foundation sangat berbeda. Sejak awal pelatihan kami sudah langsung berpraktik, kami juga didampingi agar dapat menerapkan dalam pembelajaran. Hal itu membuat saya bersama para guru terinspirasi untuk berkomitmen menerapkan hasil pelatihan," kata Murniati.

Untuk memastikan guru juga berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif di kelas, Murniati rutin melakukan pendampingan pembelajaran melalui kegiatan supervisi.

"Sebelum supervisi, saya mendampingi guru menyiapkan dalam perangkat dan media pembelajaran yang akan digunakan. Di dalam pembelajaran, saya juga tidak hanya duduk diam dan mencatat, tetapi saya ikut mendampingi proses pembelajaran. Pasca supervisi saya juga mengajak guru berdiskusi hasil pembelajaran, apa yang sudah berhasil dan apa yang perlu diperbaiki ke depan. Dampaknya, para guru selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran," paparnya.

Setelah perubahan terjadi di semua kelas, kepala sekolah mulai mengundang orang tua siswa untuk melihat pembelajaran di kelas.

"Karya siswa hasil pembelajaran kami pajangkan dan orangtua diundang untuk melihatnya. Ternyata orangtua sangat terkesan dengan hasil belajar anak-anaknya. Jadi bukan hanya angka-angka saja yang dilaporkan tetapi hasil riil pembelaran siswa di kelas, bisa diketahui orang tua siswa," kata Murniati lagi.

"Orang tua menyambut positif ketika membantu proses pembelajaran," pungkasnya. Keberhasilan Muniarti dalam melakukan perubahan di sekolahnya membuatnya dianugerahi Pemerintah Kota Pematang Siantar sebagai kepala sekolah terbaik tahun 2019.

Libatkan Forum CSR untuk Diseminasi

Dampak Program PINTAR sudah dirasakan manfaatnya oleh 14 kabupaten/kota mitra Program PINTAR Tanoto Foundation. Seperti yang diuraikan oleh Junaedi Rahmat, Kepala Dinas Pendidikan Tanjung Jabung Timur, Jambi dan Tulus Sutopo, Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada acara Sharing Best Practice tersebut.

Menurut Tulus, Kutai Kartanegara sejak kebijakan Otonomi Daerah, tahun 2001 Hingga 2015, kurang memiliki program pelatihan atau peningkatan kualitas pembelajaran guru. Kondisi riil sekolah, pembelajaran di kelas masih dilakukan secara klasikal dan kurang memotivasi siswa. Kami teratrik dengan Program PINTAR karena model pembelajaran yang dilakukan telah nyata sangat cocok dengan guru dan kontekstual.

"Kami sudah mendiseminasikan Program PINTAR ke 15 persen sekolah di Kutai Kertanegara. Masih ada 85 persen sekolah yang belum dilatih. Untuk itu kami sangat berharap ada sinergi antara Pemerintah Kutai Kartanegara dengan Kemdikbud, CSR perusahaan di Kalimantan Timur, dan Tanoto Foundation dalam mendiseminasikan Program PINTAR," katanya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Forum CSR perusahaan yang ada di Tanjung Jabung Timur akan didorong untuk mendiseminasikan Program PINTAR ke sekolah-sekolah binaan mereka.

"Sekolah-sekolah kami yang tersebar di daerah-daerah terpencil memerlukan pelatihan dan pendampingan untuk menerapkan praktik-praktik baik dalam pembelajaran. Untuk itu kami akan membentuk fasilitator-fasilitator baru Program PINTAR untuk menjangkau lebih banyak sekolah di daerah kami," kata Junaedi.

Tanoto Foundation melalui Program PINTAR, sampai Mei 2019 telah melatih dan mendampingi 9.647 guru, kepala sekolah, pengawas, dan komite sekolah di 1.465 sekolah dan madrasah yang tersebar di lima provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. Diharapkan pada tahun 2022, ada lebih dari 9.000 sekolah dan madrasah yang mendapatkan manfaat dari Program PINTAR untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen sekolah, dan budaya baca. ***