JAKARTA - Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan grup serta konten Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Facebook yang dilakukan oleh pelajar di kota Garut, Jawa Barat. Pekan ini salah satu petinggi Gojek membuat postingan di Facebook yang mengindikasikan pihak Gojek mendukung LGBT.

Dalam postingan Brata Santoso yang menjabat sebagai Wakil Presiden Pengembangan Bisnis dan Operasi Gojek pada Kamis (11/10/2018) mengatakan bahwa Gojek menerima beragam latar belakang karyawan, termasuk LGBT. Tertulis dalam postingan tersebut, Gojek memiliki sekitar 30 lebih karyawan LGBT.

Bahkan Barata menulis rainbow ice cream yang menunjukan warna identik dari LGBT. Gojek juga membuat postingan lain di sosial media resminya.

"Gojek sangat menghargai keberagaman (diversity). Kami percaya bahwa ide dan kreatifitas, yang menjadi kunci untuk melahirkan inovasi bermanfaat bagi masyarakat, merupakan buah dari hasil kerjasama berbagai latar belakang, pendidikan, budaya, dan keyakinan. Keberagaman juga menjadi elemen dalam dinamika karyawan kami," tulis Gojek dalam postingan di jejaring sosial resminya.

Dijelaskan Gojek dalam postingan resminya, bahwa postingan tersebut berasal dari pendapat salah satu karyawannya yang LGBT.

"Terkait postingan yang beredar di media sosial, perlu kami tegaskan bahwa posting tersebut merupakan pendapat dan intepretasi pribadi dari salah satu karyawan Gojek, terhadap salah satu event internal dengan tema keberagaman. Gojek selalu menjunjung tinggi nilai-nilai dan budaya Indonesia, negeri tempat kita lahir, tumbuh dan berkembang. Pada intinya, Gojek adalah bagian dari Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika," ungkap Gojek.

Jelas postingan tersebut menuai respon negatif dari masyarakat Indonesia. Sejumlah netizen mengutarakan kekecewaan mereka pada Gojek dengan memposting tulisan bertajuk #uninstallgojek. Hashtag #uninstallgojek sedang ramai di Facebook sejak Jumat (12/10/2018) hingga saat ini.

LGBT ini jelas bertentangan dengan norma sosial dan agama di Indonesia. Pemerintah Indonesia dibawah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tidak segan-segan memblokir konten LGBT tersebut jika mengandung unsur pornografi di semua platform jejaring sosial, internet dan lainnya. ***