KARAWANG - Calon presiden Prabowo Subianto terharu melihat gelombang semangat perubahan yang ditunjukkan masyarakat di penjuru Tanah Air. Dalam berbagai kunjungan yang dilakukan capres nomor urut 02 itu, ribuan masyarakat menyambut.

Dalam acara Prabowo menyapa masyarakat di Lapangan Galuh Mas, Karawang, Jawa Barat, Jumat, 29 Maret 2019, gelombang perubahan itu tampak semakin membesar.

Puluhan ribu masyarakat datang dari berbagai penjuru Jawa Barat tanpa dimobilisasi. Mereka rela menunggu, berdiri di bawah terik matahari sejak pagi, lalu berebut untuk bersalaman, berswafoto, hingga menyimak pidato Prabowo.

Dalam pidatonya, Prabowo berpesan aga masyarakat terus menjaga semangatnya mengawal perubahan di Indonesia. Prabowo meminta masyarakat bahu-membahu jaga TPS, mengamankan suara di Pilpres 17 April 2019.

"Saya yakin, rakyat Indonesia adalah pejuang pemberani. Dulu kita usir penjajah, sekarang kalau ada yang suka menjajah bangsa sendiri, kita lawan," kata Prabowo.

"Saya hanya ingin ucapkan terima kasih. Mari kita bekerja keras dalam 16 hari ke depan. Dekati orang-orang di sekitarmu, periksa DPT, kalau ada yang tidak wajar tolong laporkan," imbuh Prabowo.

Prabowo lantas bercerita, di jaman revolusi kemerdekaan, jalan antara Karawang dan Bekasi dipenuhi jasad para pejuang yang gugur demi merebut kemerdekaan. Jasad para pejuang yang berjuang tanpa pamrih demi mewujudkan Indonesia adil makmur.

Kepada masyarakat yang tengah menyongsong datangnya perubahan, Prabowo persembahkan sajak Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar.

"Dulu jalan antara Karawang Bekasi penuh korban jiwa. Sajak ini karya Chairil Anwar berjudul Karawang-Bekasi," kata Prabowo.

Karawang - Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi, tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda, Yang tinggal tulang diliputi debuKenang, kenanglah kami 

Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa 

Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan 

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak 

Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir 

Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian 

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.***