PEKANBARU - Usai diguyur hujan Kamis (28/3) malam, Kota Dumai diselimuti kabut asap tebal Jumat pagi. Warga sangat mengeluhkan kabut asap tersebut karena tak hanya mengganggu penglihatan, namun juga menyebabkan mata terasa perih.

Warga Dumai, Edy, yang bekerja sebagai pengemudi betor (becak motor), mengaku sangat khawatir buruknya kualitas udara akibat tebalnya kabut asap akan berdampak terhadap kesehatan keluarganya.

''Ini saja mata sudah sampai perih. Tenggorokan nggak enak, bau asapnya juga ggak enak. Khawatir aja sama anak-anak di sekolah. Saya kerja juga jadi nggak enak,'' kata Edy kepada GoRiau.com, Jumat pagi.

Edy berharap instansi terkait segera turun tangan mengatasi kebakaran hutan ini agar kualitas udara tidak semakin buruk dan merusak kesehatan manusia.

Asap tebal juga menyebabkan Edy kesulitan mendapatkan penumpang. ''Kalau asap kaya gini, penumpang bisa sepi, karena orang malas keluar. Tapi, waktu Bapak Jokowi datang kemarin, bersih, nggak ada asap. Ini mulai ada lagi, mungkin karena hujan semalam, jadi asapnya naik dari daerah yang masih terbakar itu,'' ujar Edy.

Pantauan GoRiau.com, meski diselimuti asap tebal, warga Kota Dumai masih melakukan aktivitas seperti biasanya, tanpa menggunakan masker.

Beberapa warga mengaku sudah terbiasa dengan kondisi udara seperti ini, sebab selalu terjadi setiap musim kemarau.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Jumat pagi, jarak pandang di Kota Pelabuhan tersebut hanya berkisar tiga kilometer.

''Jarak pandang di Kota Dumai tiga kilometer akibat asap,'' kata Kepala BMKG Pekanbaru Sukisno.

Berdasarkan data pencitraan satelit Terra dan Aqua Jumat pukul 06.00 WIB, terdeteksi tiga titik api atau indikasi kuat Karhutla dengan tingkat kepercayaan di atas 70 hingga 100 persen.

Dari tiga titik api, dua diantaranya terdeteksi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Wilayah itu secara geografis berdekatan dengan Kota Dumai. Sementara satu titik api terdeteksi di Kabupaten Indragiri Hilir.***