SELATPANJANG - Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti Kecamatan Rangsangbarat, Kepulauan Meranti, Syafrizal, bertemu dengan Gubernur Riau, Arsyad Juliandi Rachman, Minggu (9/9/2017) siang. Dalam pertemuan itu, Syafrizal menyerahkan garam halus produksi SLB Sekar Meranti.

Syafrizal berharap Andi Rachman, panggilan akrab Gubri, bisa membawa garam tersebut untuk dites ke laboratorium. "Di Meranti pernah kita sampaikan ke beberapa dinas, namun belum ada respon," kata Syafrizal, Kamis (14/9/2017).

Kata Syafrizal lagi, mereka sangat penasaran dengan kandungan garam yang telah dibuat. Apakah layak untuk dikonsumsi masyarakat atau tidak. "Tapi saya pernah mencoba garam tersebut ketika makan jambu. Sampai sekarang tak ada efek buruk yang dirasakan," ujar Syafrizal.

"Makanya kita berharap Gubri bisa membawa produk kita ke laboratorium. Kalau memang layak bisa kita produksi dalam skala besar, kalau belum apa kelemahannya," tambah laki-laki yang didatangi langsung oleh Ketua LPA Indonesia, Kak Seto.

Diceritakan Syafrizal, motivasi mereka untuk memproduksi garam adalah potensi alam Meranti yang memungkinkan, yaitu banyak wilayah air. Terlebih belakangan ada berita Indonesia impor garam dari luar negeri. "Kita banyak laut tapi garam harus impor, makanya kita coba produksi sendiri, kalau aman dikonsumsi minimal bisa membantu masyarakat tempatan," kata Syafrizal.

Untuk hasil perbandingan produksi, 5 liter air asin atau bahan baku bisa menghasilkan lebih kurang 1 kg garam halus. Air yang digunakan, air laut di Anak Setatah yang lokasinya tak jauh dari tebing (tepian). Andai kandungan airnya layak untuk dikonsumsi dalam bentuk garam, maka pihak SLB akan menggunakan air laut yang lebih jernih (terletak jauh di tengah laut).

Saat bertemu dengan Syafrizal, Andi Rachman mengaku akan ke SLB Sekar Meranti. Menyambangi sekolah di Anaksetatah, Rangsangbarat, Kepulauan Meranti itu, Andi kabarnya akan membawa hasil lab garam halus yang diserahkan Syafrizal.

"Kata Pak Gubri dia akan datang ke SLB Sekar Meranti. Ia juga akan bawa hasil lab garam yang kita serahkan. Kita sangat ingin mengetahui apakah garam itu layak atau tidak dikonsumsi," ujarnya mengakhiri bincang-bincang. ***