TELUKKUANTAN - Berbekal dari cerita-cerita masyarakat setempat, GoRiau.com bersama pemuda Petai melakukan ekspedisi ke Hutan Rimbang Baling untuk memastikan keindahan Air Terjun Tangko, Sabtu (26/3/2016) siang.

Tepat pukul 11.30 Wib, tim ekspedisi yang terdiri dari 10 orang memulai perjalan dari Desa Petai, sekitar 130 Km dari Kota Pekanbaru. Desa tersebut terletak di Jalan Lintas Telukkuantan - Pekanbaru.

"Perjalan akan kita tempuh sekitar 45 menit menggunakan sepeda motor," ujar Presno selaku ketua rombongan. Ia sudah pernah sampai ke Tangko beberapa waktu lalu dan merintis jalan ke lokasi.

Untuk sampai ke lokasi, tim menggunakan sepeda motor dikarenakan jalan berkerikil. Sangat cocok menggunakan sepeda motor trail.

"Ini merupakan jalan menuju tambang batu bara," lanjut Presno sambil memacu sepeda motornya. Ya, di dalam sana memang terdapat PT Manunggal yang mengeksplorasi kekayaan batu bara Kuansing.

Sekitar 20 Km, tim ekspedisi melewati HPH Hutan Tanaman Industri PT RAPP Estate Logas. Jalan mulai bergelombang, dimana terdapat tanjakan yang terjal dan turunan yang curam.

"Karena itu, kenderaan yang pas memakai trail. Kalau tidak, pakai mobil, sebab selain itu jalannya juga berdebu," tutur Presno.

Hampir satu jam lamanya berjalan dengan kecepatan 30-40 Km per jam, tim sampai di areal pertambangan. Dimana, kiri dan kanan terlihat bukit yang berjejer.

Pemandangan itu memberikan suasana tersendiri. Walau terasa lelah, namun perasaan bahagia tak mampu disembunyikan dari semua anggota.

"Mau kemana, Bang?," tanya seorang penjaga gerbang PT Manunggal. Presno pun mulai menjelaskan dan meminta izin untuk lewat. 30 menit kemudian, tim sampai di pinggiran Rimbang Baling.

"Kita sudah sampai di pinggir hutan, sepeda motor kita parkir di sini," ujar Presno. Semua tim berjalan kaki menelusuri jalan setapak.

"Sekitar 30 menit lagi kita sampai," tambah Presno. Medan begitu sulit. Terkadang kami berjalan di tengah-tengah rotan dan duri lainnya.

Setelah sekian jauh berjalan, mulai terdengar gemuruh air yang jatuh ke batu. "Itu salah satu air terjun mulai terdengar," ujarnya.

Suara gemuruh itu semakin indah dengan adanya kicauan burung di Hutan Rimbang Baling. Tak lama, tim sampai di atas sebuah bukit dan di sisinya terdapat air terjun setinggi tiga meter.

Airnya sangat jernih dengan kolam yang cukup dalam. Karena itu, beberapa orang dari tim langsung menceburkan diri menikmati segarnya air Sungai Tangko.

"Ini satu diantara sekian banyak air terjun di Sungai Tangko," ujar Presno. Menurutnya, semakin berjalan ke hulu sungai, semakin banyak air terjun yang akan ditemui.

"Di sana ada yang lebih bagus. Air terjunnya setengah lingkaran dan ada gua," tutur Presno.

Setelah puas menyelam dan berenang, tim kembali melanjutkan perjalan ke hulu sungai. Kami berjalan menyusuri sungai yang dasarnya berbatu. Kiri kanan hutan ditumbuhi tanaman cukup lebat.

Sekitar 200 meter, tim sampai di air terjun yang dimaksud Presno. Diperkirakan ketinggiannya mencapai 30 meter. Ternyata, air terjun ini jauh lebih besar dari yang pertama. Bahkan, kolamnya tiga kali lipat dari yang di hilir. Ya, inilah Air Terjun Tangko itu.

Namun, tim ekspedisi kurang beruntung. Sebab, airnya hanya sedikit dikarenakan keringnya sungai di hulu.

"Kalau musim hujan, air terjunnya mencapai setengah lingkaran. Andai saja kalau tadi malam hujan, pasti akan sangat indah," tutur Presno.

Ternyata, tidak hanya kami yang ingin menikmati Tangko. Beberapa remaja Petai sudah lebih awal berada di sana. Walau begitu ekstrim, mereka tetap memanjat tebing batu hanya untuk mengabadikan momen ini.

Di sisi kanan kolam, terdapat gua yang cukup besar dengan diameter mencapai dua meter. Namun, gua ini buntu. Panjangnya diperkirakan lima meter.

Sementara itu, Rio Irawan selaku Ketua Pemuda Petai yang juga bergabung dengan tim ekspedisi memiliki rencana besar dalam mengenalkan berbagai objek wisata di desanya.

"Kita berencana akan membentuk 'tour guide'. Sehingga, siapa saja yang ingin menikmati alam Petai akan lebih muda," ujar Rio.

Ekspedisi ini, lanjut dia, merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi setiap objek wisata Petai.

"Selama ini, keindahan air terjun seperti Tangko hanya terkubur dalam lebatnya hutan belantara. Tak ada yang tahu. Nah, sekarang sudah kita inventarisir dan masuk destinasi wisata di Riau," urai Rio.

Diceritakan Rio, selain Tangko, ada lagi air terjun yang sangat indah di Desa Petai. Air terjun tersebut diberi nama Tazam. Namun sayang, tim tidak bisa sampai ke sana dikarenakan hari mulai gelap.

Sekitar pukul 14.45 Wib, tim ekspedisi memutuskan untuk pulang. Kami kembali berjalan menyusuri jalan setapak yang baru saja dibuat. Dan sekitar pukul 15.45 Wib sampai lagi ke Desa Petai.***