PEKANBARU Nama H. Baidillah Sahabuddin SE., M.Si mungkin tidak asing lagi bagi masyarakat di Kepulauan Meranti, terutama masyarakat di Selat Panjang.

Pria kelahiran Selat Panjang, 11 Desember 1969 ini biasa disapa Baidillah, merupakan putra Kepulauan Meranti yang sudah sukses di Makassar. Saat ini, ia memiliki keinginan untuk maju sebagai pemimpin di negeri sagu tersebut.

Kepada GoRiau.com, Baidillah bercerita bahwa dirinya tidak pernah melupakan Meranti, buktinya setiap tahunnya ia selalu menyempatkan diri pulang kampung dan menjumpai orang tuanya di Selat Panjang, disamping selalu berkomunikasi dengan masyarakat dan hormat kepada tokoh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Selain melepas rindu dengan keluarga, ayah dari empat orang anak ini juga selalu berkumpul dengan teman-temannya waktu kecil, sekedar berbagi cerita dan memberi masukan-masukan seputar pembangunan di Kepulauan Meranti.

Alumni Universitas Riau Fakultas Ekonomi ini menjelaskan, keinginannya untuk maju di Pilkada Kabupaten Kepulauan Meranti didasari atas kondisi ekonomi masyarakat yang masih belum sejahtera.

"Kondisi Meranti di tengah kondisi global diperlukan sosok yang punya leadership yang kuat, terutama kemampuan untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat, makanya dengan pengalaman saya selama merantau ini, saya yakin bisa membangkitkan perekonomian masyarakat," ujar suami dari Aisyah Zulaikha ini dengan logat Melayu kental, Sabtu (19/7/2020).

Tentunya, niat mulia ini harus mendapatkan dukungan dari masyarakat Kepulauan Meranti secara umum dan tokoh-tokoh masyarakat khususnya.

Saat ini Baidillah tercatat sebagai Direktur PT Mandiri Pratama Group. Salah satu perusahaan besar di Indonesia dan sudah memiliki empat anak perusahaan, diantaranya PT Jakarta Mandiri Pratama dan PT Sulawesi Mandiri Pratama.

Meski saat ini tinggal di pulau yang berbeda, Baidillah terus melakukan pengamatan terhadap kondisi masyarakat, bahkan ia turut berjuang dalam mewujudkan cita-cita pemekaran Kepulauan Meranti belasan tahun yang lalu.

Diceritakan Baidillah, pada tahun 2004 saat ia masih bekerja di Kalla Group, ia dihubungi oleh salah seorang tokoh Meranti, Suardi. Saat itu Suardi menyampaikan bahwa Kepulauan Meranti tengah berjuang lepas dari Bengkalis.

Almarhum Suardi waktu itu menjadi tokoh sentral dalam tim perumusan pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti.

Kondisi perpolitikan saat itu tidak memungkinkan untuk dilakukan pengajuan pemekaran, karena Golkar sebagai partai pemenang tidak memberikan restu pemekaran, hanya fraksi PDIP yang mendukung pemekaran ini.

"Meranti tidak bisa lewat jalur ekskutif, karena Bupati Bengkalis waktu itu tak setuju. Jadi saya lewat legislasi di DPR RI," tambahnya.

Karena saat itu ia berada di Makassar dan tidak memungkinkan berjuang di Meranti, Baidillah memilih melakukan lobby politik di tingkat DPR RI. Terutama di Fraksi Golkar DPR RI.

Ketua Fraksi Golkar saat itu dijabat oleh Andi Mattalatta. Berbekal proposal pemekaran dari Suardi, Baidillah langsung melakukan presentasi di depan Andi Mattalatta.

Meski awalnya ditolak, Baidillah terus meyakinkan Andi Mattalatta hingga akhirnya Andi mempertanyakan terkait Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kepulauan Meranti yang nantinya akan menjadi pertimbangan dalam memekarkan Kabupaten Kepulauan Meranti.

"Pak Andi bilang PAD Meranti hanya sagu saja. Jadi saya jawab di Meranti itu ada komoditas Kelapa. Bahkan, di satu kampung namanya Tanjung Samak yang menjual daun kelapa ke Singapura," jelasnya.

Di Singapura, satu orang warga Tanjung Samak bahkan bisa membawa pulang uang 6000 dollar ke Meranti satu bulan sebelum lebaran, karena permintaan daun kelapa cukup tinggi sebagai bahan dasar pembuatan ketupat.

"Itu baru satu orang, dan itu belum lagi pendapatan dari komoditas kelapanya, waktu itu para pedagang ini hanya butuh izin lintas batas saja," tuturnya.

Kemudian dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya, Baidillah terus menyuarakan pemekaran ini, berkat usahanya itu, Meranti bisa menjadi Kabupaten pemekaran walaupun saat itu ada moratorium pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB).

"Alhamdulillah, berkat usaha lobby-lobby ini dan juga support dari tokoh-tokoh di Kepulauan Meranti, cita-cita pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti bisa diwujudkan," tutupnya. ***