JAKARTA - Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong menyesalkan kurang ketatnya pemerintah dalam mengontrol program internet, sehingga google pun saat ini jika diakses langsung disuguhkan dengan konten-konten seperti iklan obat kuat dengan gambar hidup pria dan wanita dewasa memegang alat vital.

"Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan iklan-iklan yang tidak sepatutnya ditonton anak-anak. Ini sudah tak bisa ditolerir lagi, apalagi era sekarang anak-anak usia SD saja sudah memagang gagat canggih. Seharusnya iklan-iklan ini diseleksi lebih ketat lagi sebelum tayang," ujarnya pada saat diskusi publik dengan wartawan di Kompleks Parlemen DPR, Kamis (8/6/2017).

Untuk itu kata dia, dirinya meminta secara langsung kepada KPAI dan KPI benar-benar menyuarakan hal itu.

Alasannya katanya lagi, karena saat ini tontonan seperti itu sangat berpengaruh terhadap anak-anak. "Kalau dulu kita nonton Film Unyil, banyak anak-anak zaman dulu yang teredukasi, karena memang ada nilai-nilai agama dan Pancasila nya," paparnya.

Efek dari dunia maya ini kata dia, bukan hanya soal seks bebas dikalangan remaja dan anak-anak, tapi juga menimbulkan beberapa tindak kriminal lainnya.

Sebelumnya Ketua KPAI Putu Elvina menjelaskan, pihaknya sudah berkali-kali memberikan masukan dan memberikan teguran kepada KPI selaku kontrol dalam bidang penyiaran termasuk ke Kemenkominfo, namun katanya, teguran-teguran KPI atau Keminfo tersebut masih hanya sebatas diatas kertas saja.

"Itulah kenapa kita mendorong pemerintah, agar benar-benar selektif terhadap lembaga penyiaran seperti Televisi, media-media sosial, agar benar-benar menghilangkan tayangan-tanyangan yang membahayakan anak," paparnya.

Dirinya pun mengakui, terkait beberapa kejadian seperti teroris, Pedofilia yang marak dari media sosial, KPAI juga sudah bertemu langsung dengan jajaran Facebook Asia untuk menanyakan komitmen mereka dalam mencegah hal-hal diatas.

"Kita sudah bertemu dengan para manajemen facebook dan pengelola media sosial untuk benar-benar menyikapi masalah ini. Ini sangat miris, dimana kekerasan pada anak-anak ini sudah sangat-sangat mencemaska. Bahkan sudah merambah pada kasus-kasus terorisme. Saya sudah 3 kali mendapati anak-anak usia 8 -14 tahun bahkan perempuan yang dijadikan tumbal sebagai Intel terorisme. Inilah kita juga sangat intens sekali bekerjasama dengan Densus 88 dan BNPT," tukasnya. ***