PEKANBARU – Provinsi Riau dinilai memiliki peluang besar dalam mengembangkan ternak sapi dan kerbau di Indonesia karena didukung potensi perkebunan yang mendukung dalam penyediaan pakan bagi ternak.

Hal itu terungkap saat audiensi Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Provinsi Riau dengan Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution.

Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Provinsi Riau, Sutipno mengatakan hingga saat ini Riau masih bergantung pada impor daging dari luar, padahal potensi peternakan di Bumi Melayu ini bisa memberikan peluang yang bagus.

"Riau berpeluang besar untuk investasi ternak sapi, juga domba, kambing, dan kerbau," kata Sutipno saat melakukan audiensi bersama Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution di Taman Gembira Duri Lengkeng, Sail Pekanbaru, Kamis (20/10/2022).

Sutipno menilai, jika peluang tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah, harusnya Riau tidak lagi impor daging untuk kebutuhan sehari-hari.

"Kami melihat banyak daerah berpotensi untuk peternakan sapi, kambing, dan kerbau. Jadi kita tidak bergantung pada impor dan bisa mandiri," ujarnya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, Herman melaporkan total kebutuhan daging di Riau mencapai 21 ton lebih, dan hanya bisa dipenuhi sebanyak 11 ton lebih.

"Jadi peternak kita cuma sanggup memenuhi kebutuhan daging hanya sebesar 20 persen," imbuh Herman.

Untuk menutup kekurangannya, Herman mengaku Riau harus menampung daging dari provinsi lain setiap harinya.

Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution menyambut baik silaturahmi dan audiensi dari PPSKI Provinsi Riau.

Dengan besarnya potensi yang dimiliki Riau, maka tidak heran jika suatu saat nanti Riau bisa menjadi penghasil ternak terbesar di Indonesia.

"Potensi kita di Riau sangat besar, bayangkan kita hanya mampu baru 20 persen untuk kebutuhan daging, itu artinya peluang kita masih luar biasa," jelas Wagubri.

Edy Nasution berharap peluang tersebut dapat dikembangkan di Provinsi Riau sehingga tidak lagi menjadi daerah pengimpor daging, namun bisa menjadi provinsi pengekspor daging terbesar. ***