BENGKALIS, GORIAU.COM – Pemerintah Kabupaten Bengkalis disarankan membuat peraturan tentang sumur resapan atau minimal biopori bagi setiap warga yang membangun pertokoan atau perumahan guna mengantisipasi pesatnya pembangunan di Negeri Junjungan. Demikian saran Direktur Eksekutif LSM Bahtera Melayu, Defitri Akbar, Senin (25/2/2013).

“Pembuatan perda ini penting karena dengan semakin pesatnya pembangunan, ditandai dengan pembangunan pertokoan maupun perumahan. Sebagian besar pembangunan ini menutupi permukaan tanah dengan dicor yang akan berdampak kepada terganggunya keseimbangan air tanah,” sarannya.

Dikatakan, selama ini harus diakui sangat rendah kepedulian terhadap masalah air. Rumah dan halaman semuanya ditutup cor beton, sehingga air semua dialirkan ke saluran. Jika sumur resapan atau biopori ada diberlakukan, meski air melimpah dari sungai dan banjir, maka air akan segera terserap sehingga banjir tidak menjadi bencana yang mengakibatkan korban.

"Pengendalian prabencana termasuk manajemen yang harus dilakukan, termasuk mitigasi, sehingga korban bisa diminimalisasi. Ini jauh lebih penting, dibandingkan dengan tanggap bencana dan recovery membutuhkan biaya sangat tinggi," ujarnya.

Pembangunan dengan cara menutupi permukaan tanah dengan cor beton akan mengurangi daya serap tanah terhadap air. Dalam jangka pendek, dampak dari penutupan tanah dengan cor beton tidak begitu terasa. Dalam jangka panjang akan membuat terganggunya keseimbangan air tanah.

“Secara perlahan-lahan, air dalam tanah akan semakin berkurang sehingga masyarakat akan kesulitan mendapatkan air. Tidak hanya itu, ketika musim hujan air tidak langsung meresap melainkan tergenang sehingga rentan dengan musibah banjir,” ujarnya.

Seiring dengan terjadinya perubahan iklim, Kota Bengkalis sangat rentan dengan musibah banjir. Hujan sedikit saja sudah membuat beberapa daerah tergenang air. “Kemudian kalau musim kemarau kita melihat air di parit-parit mengering. Ini bukti bahwa fungsi tanah dalam menyerap air sudah makin berkurang. Kalau tidak segera diatasi maka pada masa yang akan datang, anak cucu kita akan menghadapi masalah lingkungan yang serius,” kata Dedek.

Lebih membahayakan lagi, Bengkalis yang secara geografis dikeliliingi laut mendapatkan “ancaman” berupa luapan air laut saat pasang. Sudah sering terjadi, ketika air laut pasang besar yaitu pada bulan mati atau bulan purnama, di kawasan pesisir pulau akan tergenang air laut. Kalau pada saat yang bersamaan terjadi musim hujan, maka akan menimbulkan double impact dimana air hujan tidak bisa mengalir ke laut sehingga akan terjadi banjir dimana-mana.

"Banjir termasuk bencana yang bisa diprediksi dan dikendalikan. Memang faktornya banyak, mulai dari sikap manusianya, ketersediaan infrastruktur dan juga lingkungan. Paling tidak bisa diprediksi sehingga cara pengendaliannya bisa dilakukan lebih dini,” tutup Dedek. (jfk)