BANGKINANG - Kampar memiliki sumberdaya alam yang hebat khususnya untuk bidang pariwisata. Banyak lokasi wisata tersebut yang belum dikembangkan secara maksimal seperti sumber air panas yang diberi nama ''Danau Sasopan Bulan''.

Danau Sasopan Bulan berada di Dusun II Desa Gunung Sahilan, Kecamatan Gunung Sahilan, Kampar, Riau. Danau ini biasa dikunjungi oleh satwa seperti gajah, harimau, beruang, rusa dan satwa lainnya.

Menurut Candra (50) warga setempat, danau itu merupakan sumber air panas yang sudah ditemukan warga sejak tahun 90-an. Namun danau tersebut hingga kini tidak terawat sehingga lebih banyak dimanfaatkan oleh satwa hutan.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Kampar, Repol yang juga sempat mengunjungi Danau Sasopan Bulan mengatakan, selain merupakan sumber air panas, danau ini juga memiliki kandungan mineral tinggi dan belerang panas.

Menurut Repol, apakah objek ini layak dikembangkan dan dilakukan revitalisasi, belum bisa dipastikan karena terlebih dahulu mesti dilakukan penelitian ilmiah. Apakah objek sumber mata air panas ini tidak mengandung zat-zat berbahaya sehingga aman atau bahkan dapat memberi manfaat bagi pengunjung nantinya.

Guna memastikan kandungan sumber air panas ini, Repol berencana akan membawa tim dari Dinas Lingkungan Hidup atau disingkat DLH Kabupaten Kampar ke lokasi danau. Selain itu, Repol juga akan menggandeng kalangan akademisi untuk meneliti dengan seksama kandungan sumber air panas ini

''Termasuk kandungan gas yang keluar, agar bisa dipastikan bahwa lokasi ini aman untuk dikembangkan,'' ungkap ayah empat anak.

Repol mengaku, dapat menangkap aspirasi yang begitu besar dari masyarakat agar objek ini bisa dikembangkan, agar objek mata air ini bisa menjadi potensi wisata guna mendongkrak ekonomi masyarakat setempat sebagai alternatif sumber penghidupan warga selain sektor perkebunan.

Kata mantan aktivis kampus ini, lokasi objek air panas ini berada dalam areal konsesi PT. RAPP. Sehingga jika ingin dikembangkan, diperlukan koordinasi dengan pihak perusahaan terkait dan juga dengan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia terkait aturan dan regulasi.

''Selain itu, akses menuju objek air panas juga belum memadai. Untuk menjangkuanya, kita harus melewati jalan perusahan, kita harus melewati hamparan eucalyptus nan luas. Jalannya masih tanah. Kita tidak akan dapat menjangkau lokasi dengan kederaan roda empat hingga ke objek air panas. Beberapa ratus meter sebelum lokasi, kita mesti beralih ke kendaraan roda dua yang dimodifikasi untuk menaklukkan medan yang lumayan berat. Atau pilihan lain, kita bisa berjalan kaki untuk sampai ke titik air panas,'' jelasnya.

Sebelum benar-benar sampai ke spot, sebuah turunan tajam menyambut dengan kondisi jalan yang cukup membuat jantung berdebar. Seketika adrenalin pun naik.

Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki menembus semak belukar berawa dengan pohon-pohon besar. Setelah berjalan sejauh 200 meter, kami pun sampai. Danau terlihat. Asap-asap belerang disertai uap panas pun mengepul naik dari permukaan air meninggi lalu menghilang menandakan air danau ini bersuhu panas.

Pihak perusahaan turut mendampingi kunjungan kerja Wakil Ketua DPRD yang diwakili oleh Hasbi, Manager Environtment, menyampaikan, bahwa saat ini pihaknya belum berani memberikan statement tentang masalah ini. Karena sebutnya, hal ini menyangkut izin dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.

Dalam diskusi Repol dengan perwakilan perusahaan juga disertai perwakilan masyarakat, disepakati, bahwa perusahaan akan berusaha untuk membantu, sesuai dengan peraturan yang berlaku. ***