PEKANBARU - Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Riau, Yuherman Yusuf, menilai militansi kader Golkar hari ini berbeda dibandingkan kader Golkar semasa dia masih muda dulu.

Hal tersebut dia sampaikan saat menjadi narasumber dalam 'Rumpi Politik' Sesi I yang digelar oleh Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Golkar Riau di Kantor DPD Golkar Riau, Sabtu (13/11/2021).

Diceritakan Yuherman, Partai Golkar lahir dari perjuangan memberantas komunis, bukan dari diskusi kedai kopi atau dari imbas kekalahan di Musyawarah Nasional (Munas).

"Di awal-awal kelahiran Golkar itu, banyak tokoh-tokoh ulama kita 'menghilang' ulah antek-antek komunis, suasana sangat tegang sekali, atas dasar itu pada tahun 1964, tokoh-tokoh karya dan kekayaan, seperti Soksi, Kosgoro, MKGR akhirnya sepakat membentuk Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar)" terangnya.

Jika melihat sejarah itu, lanjut Yuherman, Partai Golkar adalah partai tempat berkumpulnya para pejuang anti komunis. Makanya, Golkar ingin menang di setiap pemilihan supaya Golkar bisa menentukan keadaan dan menjaga NKRI.

Partai Golkar kemudian mengalami cobaan di awal masa reformasi tahun 1998, dimana tokoh reformasi Amien Rais mengkampanyekan untuk 'menghancurkan' Golkar, dan bendera-bendera Golkar banyak yang dibakar. Kader-kader Golkar di tahun itu tidak boleh memakai jaket Golkar.

"Silahkan di luar seperti itu, tapi kalau sampai menyerang ke kantor Golkar, setiap kader harus membawa kayu balok, yang berani masuk kita patahkan kakinya," tegasnya.

Kemudian, ketika memasang bendera Golkar, petinggi Golkar memastikan kepada semua kader untuk menjaga bendera tersebut agar tidak ada yang berani menumbangkan.

"Ramlan Zas waktu itu pernah mengejar sampai mobil orang itu tinggal. Begitu militansi kami dulu, kalau sekarang masang bendera saja membayar orang. Tumbangkan satu bendera, patah kakinya," katanya.

Lebih jauh, sambungnya, keinginan Partai Golkar hanya satu, yaitu bagaimana Indonesia bisa adil dan makmur. Dan semua kader harus menjalankan perintah itu.

"Jadi, partai kita ini bukan partai asal-asalan, bukan partai untuk menjadi 'perahu' orang untuk menjadi Anggota Dewan atau lainnya. Golkar itu lahir untukĀ  mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 yang mau dirongrong komunis," tutupnya. ***