PEKANBARU - Ayang, perempuan berusia 19 tahun itu tak henti-hentinya menangis dan bertanya kapan bisa keluar dari rumah sakit setelah empat hari lamanya 'terjebak' usai melahirkan seorang bayi.

Ayang menangis bukan kepada keluarganya, melainkan pada Marni, pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI).

"Mama, kapan ayang bisa pulang dari sini?" rintih Ayang yang ditirukan oleh Marni, Sabtu (12/9/2020).

Kepada GoRiau.com, Marni bercerita, Ayang dan suaminya seperti tidak lagi diperdulikan oleh keluarganya karena pernah membuat kecewa keluarga hingga akhirnya mereka menanggung beban ini sendiri.

Ayang melahirkan di salah satu rumah sakit swasta di Pekanbaru empat hari yang lalu, dan dia dibebankan biaya operasi Caesar senilai Rp 6.8 juta. Angka ini sudah termasuk harga kompensasi karena diurus oleh Marni.

Ayang tidak bisa mendapatkan jaminan kesehatan dari BPJS karena dia dan suaminya tidak tercatat secara sah di pengadilan, sebab ia dan suaminya hanya terikat dalam pernikahan siri yang tak diakui oleh negara. Hanya diakui oleh agama.

Selain itu, BPJS Ayang juga sudah lama dinonaktifkan karena tidak membayar iuran sekian lamanya.

Suami ayang sendiri, hanyalah seorang pengangguran di usia yang masih sangat muda, yakni 20 tahun. Uang sebanyak itu tak mungkin rasanya bisa mereka bayarkan pada rumah sakit.

"Saya sudah coba cari bantuan kesana-kemari, tapi hanya Baznas Provinsi yang bisa membantu. Mereka membantu Rp 2 Juta rupiah, kalau di Baznas Kota Pekanbaru tidak bisa membantu karena tidak ada surat nikah itu," kata Marni.

Orang tua Ayang, lanjut Marni, hanya seorang kuli bangunan dan ibunya membuka usaha laundry rumahan. Sementara orang tua suaminya adalah TKI di Malaysia dan saat ini orang tuanya sudah lepas tangan, sehingga tidak bisa dikontak sekarang.

Kini, Ayang harus tertahan di rumah sakit sampai ada penjamin yang mampu membayar kekurangan bayar biaya operasinya. Untuk keperluan makan, Ayang dibantu oleh tantenya.

Tantenya juga hidup pas-pasan dari hasil berdagang jagung bakar, uang sebanyak itu sangat berat rasanya.

Sedangkan untuk keperluan popok bayi, Marni berkeliling ruangan rumah sakit supaya ada yang mau membelikan popok untuk anak Ayang.

"Kemarin juga ada teman saya kesini, dia ngasih uang Rp 100 ribu untuk beli popok," ujar Marni.

Marni tidak menyalahkan pihak rumah sakit karena rumah sakit hanya menjalankan kebijakan di lingkungan rumah sakit.  

Kini Ayang masih menunggu uluran tangan dari para donatur, dan bagi yang ingin mendonasikan bantuannya untuk memulangkan Ayang dari rumah sakit, bisa menghubungi Marni di nomor telepon 0853-6490-8753.***