PEKANBARU, GORIAU.COM - Wajar jika pemerintah melarang pemberian sumbangan kepada pengemis dan anak-anak jalanan Seperti kejadian yang tertangkap kamera GoRiau.com, Senin (24/8/2015), di perempatan 'lampu merah' SKA Pekanbaru, anak-anak belasan tahun terlihat tengah menghisap lem.

Setidaknya ada 4 anak yang terpantau oleh GoRiau.com, mengisap lem yang disimpan di dalam baju. Seperti salah satu anak dengan pakaian putih dan celana pendek. Ketika lampu hijau, dirinya duduk di vas bunga di medien jalan.

Sambil menutup hidungnya dengan kerah baju bagian depan. Dilihat sekilas, dirinya hanya seperti menutup hidung dengan baju karena pekatnya kabut asap di Kota Pekanbaru.

Namun setelah diperhatikan, terlihat dirinya mengambil nafas panjang dari tutupan baju tersebut. Di dalam baju terdapat kaleng lem yang dibungkus dengan sebuah plastik. Ujung plastik yang terbuka tersebut langsung diarahkan ke hidungnya untuk dihisap.

Sesekali Si Bocah membetulkan posisi plastik yang berisi kaleng lem tersebut. Dirinya begitu menikmati seperti orang yang lagi 'tinggi'. Ketika lampu menunjukkan merah, dirinya kembali beraksi sebagai anak jalanan.

Memegang kemoceng (pembersih kaca mobil dari bulu ayam) dan membersihkan setiap kaca mobil guna berharap mendapat imbalan jasa berupa uang dari para pengendara.

Ketika lampu kembali hijau, Si Bocah lagi-lagi mengambil posisi di vas bunga di median jalan. Bersandar di sebuah batang pohon kecil, sambil menikmati hisapan lem di dalam bajunya.

Di sisi pinggir jalan, dekat salah satu tukang tambal ban, juga terlihat 2 anak yang juga tengah menikmati wanginya lem. Mereka seperti tidak peduli dengan lingkungan sekitar, berapa banyak pengendara yang melintas, dan tidak takut akan ditegur atau dilihat masyarakat.

"Sudah biasa bang, sudah sering juga ditegur. Ya namanya bandel, tidak mau dengar kata kita," kata salah satu tukang tambal ban di sekitaran perempatan lampu merah Mal SK Pekanbaru ketika berbincang-bincang dengan GoRiau.com, Senin (24/8/2015).

Ini seharusnya harus sudah menjadi perhatian serius oleh Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru. Karena selain memperburuk pemandangan, banyak warga yang mengeluhkan keberadaan gepeng itu.

Terkadang mereka pura-pura cacat kaki sehingga harus 'ngesot' di badan jalan. Ketika lampu merah, sering terjadi kemacetan. Terkadang warga yang melintas juga tiba-tiba kaget karena mereka sering tidak terlihat.

"Kalau siang mereka ngamen, bersihkan kaca-kaca mobil. Kalau malam mereka ngesot," ujar tukang tambal ban tersebut.***