PADANG - Erizal (42), perantau asal Sungai Rampan, Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, kehilangan istri, anak dan keponakannya dalam dalam kerusuhan di Wamena, Jayawijaya, Papua.

Saat kerusuhan di Wamena beberapa waktu lalu, kios milik Erizal dikepung, didobrak dan dibakar massa. Istri, anak dan keponakan Erizal meninggal dunia karena terluka dan terbakar. Sedangkan Erizal lolos dari pembunuhan karena berpura-pura mati, meskipun mengalami luka bakar.

Erizal memiliki dua anak, namun hanya satu yang bersamanya di Wamena. Satu anaknya lagi, James Lugian Rizal (13), tidak ikut ke Wamena karena tengah sekolah di SMP Serambi Mekkah di Padang Panjang, Sumbar.

Dikutip dari republika.co.id, James Lugian Rizal yang biasa disapa Gian, mengaku, hingga kini merasa tidak percaya bahwa ibu dan adiknya meninggal dunia dengan cara mengenaskan

''Awalnya sempat tidak percaya, apalagi mendengar kabar kalau ibu dan adik saya sudah meninggal karena dibakar,'' katanya dalam kesaksian di Padang, Rabu (2/10).

Dia harus bersabar menerima kenyataan pahit itu dan tetap bersyukur karena jasad ibu dan adiknya bisa dibawa pulang dan Gian bisa melihat mereka untuk yang terakhir kalinya.

''Alhamdulillah, Allah SWT masih menyelamatkan ayah dan bisa pulang bertemu dengan Gian,'' ujarnya.

Gian merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara, namun sekarang tinggal sendiri dan terpaksa mengikhlaskan kepergian adiknya yang baru berumur delapan tahun akibat kerusuhan di Wamena.

Dia mendapat kabar duka yang menimpa keluarganya itu dari tantenya di Kabupaten Pesisir Selatan.

Gian yang memiliki cita-cita yang mulia yakni ingin menjadi seorang ustaz berharap semoga musibah yang menimpa keluarganya tidak menjadi penghalang baginya untuk melanjutkan sekolah dan mewujudkan impiannya.

''Untuk saat ini sampai tamat SMP dulu, nantinya jika ada niat mau melanjutkan sekolah, Insya Allah ada jalan dan akan Allah SWT memudahkan nantinya,'' kata dia. ***