JAKARTA - Ahli lahan gambut Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Azwar Maas menilai tanaman kelapa sawit yang ditanam di lahan gambut membutuhkan persediaan air banyak. “Jadi kebutuhan air untuk tanaman yang menghasilkan produk setiap hari itu akan banyak,” ujar Azwar Maas di Jakarta pada Selasa, 17 November 2015.

Tanaman sawit, kata Azwar, dipanen dua kali setiap bulan untuk setiap batang sawit. Satu kali panen akan menghasilkan 15 kilogram sawit sehingga selama satu bulan, satu tanaman sawit menghasilkan 30 kilogram. Padahal air yang dibutuhkan untuk membuat gula dalam proses fotosintesis adalah 100 liter.

Azwar mengatakan untuk memproduksi sawit kandungan gula yang digunakan hanya sekitar 25 persen. Jadi, ujar dia, untuk membentuk 1 kilogram sawit membutuhkan 400 liter air.

Ciri-ciri tanaman yang membutuhkan air cukup banyak adalah tanaman bongsor dan memiliki akar serabut. “Akar serabut ini yang mampu menyerap air dengan sangat efektif,” ujar dia.

Kalau tidak ada hujan 15 hari, kata Azwar, akan tahu berapa banyak air yang harus dikeluarkan. Tidak hanya itu, tetapi juga berapa banyak air tanah yang harus turun. Terlebih berkaitan dengan lahan gambut kepulauan yang sumber airnya dari hujan.

Azwar mengatakan lahan gambut jika sudah dihilangkan vegetasi alamnya hanya bisa diperpanjang usianya. Bahan dasar gambut, kata dia, berasal dari pohon-pohon tua yang tumbang dan masuk ke rawa. “Ketika pohon tua itu ditebang untuk dijadikan berbagai kepentingan, artinya sumber utama gambut hilang,” kata Azwar.

Gambut ketika bereaksi dengan air laut maka akan larut. Pemberian input seperti pupuk berlebihan, ujar Azwar, juga sekaligus digunakan mikrobia sebagai sumber nutrisi, sehingga akan mempercepat dekomposisi. Meski dimaksudkan untuk memupuk tanaman, menggunakan pupuk sebetulnya adalah perombakan gambut itu sendiri. ***