JAKARTA - Perhelatan akbar Konferensi Perempuan Internasional (KPI) 5 yang diadakan oleh Divisi Muslimah Central Media Office Hizbut Tahrir (Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir) bekerja sama dengan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia di Balai Sudirman, Jakarta (11/10) berlangsung sukses. Konferensi mengusung sebuah tema besar Khilafah dan Pendidikan: Menghidupkan Kembali Masa Keemasan. Tamu yang hadir dari dalam dan luar negeri mulai memenuhi ruangan yang menjadi tempat diselenggarakannya

Sementara pembicara, berasal dari Indonesia, Inggris, Malaysia, Palestina, Belanda, Turki dan negara lainnya. Mereka menguak tuntas problem pendidikan global, bahaya sekulerisasi pendidikan sebagai pintu masuk penjajahan Barat di negeri-negeri Islam dan bagaimana Islam menawarkan konsep pendidikan terbaik untuk mengatasinya.

Dalam sambutan yang disampaikan oleh Ketua Umum Muslimah HTI, Ustadzah Ratu Erma Rahmayanti bahwa Muslimah Hizbut Tahrir menawarkan solusi bagi persoalan pendidikan yang saat ini sangat carut marut. ‘’Dengan penuh rasa tanggungjawab, kami mengadakan acara ini sebagai persembahan terbaik pada Allah, Rasulullah, bagi Islam dan umatnya, agar Syariah Allah tegak di muka bumi. Cita-cita mulia generasi kita untuk memberi sumbangan terbaik bagi peradaban Islam, bisa mewujud,’’ tegasnya.

Fika Komara dari Divisi Kantor Media Hizbut Tahrir wilayah Asia Tenggara mengatakan, pendidikan adalah metode untuk menjaga akidah. Maka ketika pendidikan dipisahkan dari agama, tamatlah riwayat agama. ‘’Tsaqofah Islam dihapuskan dari pendidikan, maka terhapuslah identitas umat,’’ katanya.

Sementara itu, Dr Nazreen Nawaz dari Divisi Muslimah Kantor Pusat Hizbut Tahrir  menjabarkan hebatnya visi pendidikan era Khilafah. Ia menyebut, ada tiga tujuan utama pendidikan Islam, yakni pertama, membangun syakhsiyah  Islam. Anak didik dibangun aqidah Islamnya sebelum mempelajari ilmu-ilmu lainnya.

Kedua, mengajarkan keterampilan dan pengetahuan praktis untuk kehidupan. Para murid diajarkan keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka. Seperti matematika, sains umum, serta pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan berbagai alat dan penemuan.

Ketiga, mempersiapkan murid untuk memasuki pendidikan tinggi atau universitas. Di sinilah diajarkan ilmu-ilmu utama yang menjadi prasyarat, apakah ilmu budaya atau tsaqafah seperti Fiqh, Bahasa Arab, atau Tafsir Alquran, ataupun ilmu empiris seperti matematika, kimia, biologi, atau fisika.

Inilah keunggulan model pendidikan era Khilafah, lanjutnya, bahwa model pendidikan ini pasti mampu menggantikan sistem pendididikan sekuler yang telah banyak merusak moral para pemuda hari ini,’’Semua orang menginginkan berakhirnya sistem pendidikan yang gagal, dan berharap akan hadirnya model pendidikan yang akan menjadi sumber sejati kebanggaan bagi umat ini. Sistem Pendidikan Kelas Dunia membutuhkan suatu sistem politik Kelas Dunia yakni Khilafah yang berdasarkan metode kenabian,’’ ungkap pembicara asal Inggris ini.

Konferensi Internasional yang dibagi menjadi 2 sesi ini  menampilkan hiburan untuk menyemangati peserta konferensi. Penampilan monolog, parade bendera liwa raya, dan nasyid menjadi sajian yang menyemarakkan acara. Dalam salah satu monolog peserta diajak  merenungi bagaimana anak-anak/generasi yang seharusnya berhak mendapatkan pendidikan terbaik, justru tidak mengenyam pendidikan karena berbagai hal, salah satunya karena kemiskinan.

Sehari sebelumnya, konferensi ini telah dibuka dengan Pameran Khilafah dan Pendidikan di gedung yang sama (10/03) yang menggambarkan penyebab krisis pendidikan yang terjadi di dunia muslim dan solusi Negara Khilafah sebagai sistem yang sempurna untuk bisa mewujudkan pendidikan yang melahirkan generasi emas. (rls)