JAKARTA - Penderita diabetes umumnya tidak menyadari gejala yang muncul, sebab red flag (gejala) tersebut tidak terlalu mengganggu.

Dikutip dari Republika.co.id, bahkan, kata penasihat klinis Diabetes UK, Esther Walden, banyak yang tidak merasakan gejala sama sekali, karena pertanda itu kerap samar.

"Mengenali tanda-tanda peringatan (diabetes) bisa terbilang sulit mengingat gejalanya kerap samar, dan banyak orang bahkan tak merasakan gejala sama sekali," kata Esther Walden, seperti dikutip dari Independent, Ahad (29/1/2023).

Tak jarang, kemunculan red flag dari diabetes tipe 2 dikaitkan dengan kondisi atau masalah kesehatan lain yang tak begitu serius. Sebagai contoh, peningkatan frekuensi berkemih di malam hari dianggap terjadi karena penambahan usia.

"Gejala-gejala ini cukup sulit dikenali dalam kehidupan yang sibuk," ujar Walden.

Sulitnya mengenali tanda peringatan tersebut membuat penyakit diabetes tipe 2 bisa berlangsung dalam waktu yang lama tanpa disadari oleh penderitanya. Kondisi diabetes yang terabaikan ini bisa membuat kadar gula darah menjadi tak terkontrol untuk waktu yang lama.

"Beberapa orang bisa hidup hingga 10 tahun dengan kondisi (diabetes) ini sebelum kemudian terdiagnosis," ujar Walden.

Kadar gula darah yang tak terkontrol secara terus-menerus bisa meningkatkan peluang terjadinya komplikasi yang lebih serius. Beberapa contohnya adalah penyakit jantung, gangguan penglihatan, dan masalah ginjal.

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak ditemukan di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 95 persen dari kasus diabetes di dunia adalah diabetes tipe 2.

Menurut Diabetes UK, diabetes tipe 2 terjadi ketika sel-sel tubuh tak bisa menggunakan insulin secara efektif. Kondisi ini berbeda dengan diabetes tipe 1 yang terjadi karena pankreas tak dapat memproduksi insulin. Tanpa bantuan yang optimal dari insulin, kadar gula darah di dalam tubuh bisa melonjak tinggi, melebihi batas normal.

Agar kondisi diabetes tipe 2 tak terabaikan untuk waktu yang lama, Diabetes UK mengatakan ada enam red flag diabetes tipe 2 yang patut diwaspadai oleh semua orang. Berikut ini adalah keenam tanda peringatan tersebut.

1. Sering Buang Air Kecil

Sering berkemih, terutama di malam hari, bisa menjadi pertanda dari diabetes. Peningkatan frekuensi berkemih ini disebabkan oleh penumpukan gula di dalam darah yang memaksa ginjal bekerja lebih keras. Usaha ginjal untuk membuang kelebihan gula inilah yang membuat frekuensi berkemih penderita diabetes bisa meningkat.

2. Merasa Haus

Ketika ada terlalu banyak gula di dalam darah, sel-sel akan memberikan lebih banyak air ke darah. Tujuannya adalah untuk mengencerkan kandungan gula di dalam darah yang menumpuk.

Hal tersebut dapat membuat sel-se mengalami dehidrasi. Sel-sel yang dehidrasi akan mengirimkan sinyal kimia untuk memberi tahu tubuh bahwa tubuh haus.

"Jadi orang-orang minum lebih banyak," ucap Walden.

3. Merasa Lelah

Orang dengan diabetes juga bisa merasa lebih lelah dari biasanya. Rasa lelah ini muncul karena tubuh tak bisa memberikan cukup gula kepada sel sebagai sumber energi.

Kondisi seperti ini umumnya akan memunculkan perasaan lelah yang hebat. Rasa lelah ini bahkan bisa membuat sebagian orang terdorong untuk melakukan hal yang biasa dilakukan seperti tidur siang.

4. Penurunan Berat Badan

Pengidap diabetes bisa mengalami penurunan berat badan tanpa melakukan usaha apa pun. Hal ini bisa terjadi karena pada penderita diabetes, gula tidak bisa masuk ke dalam sel-sel tubuh.

Di saat yang sama, sel-sel tubuh tetap membutuhkan sumber energi. Kondisi ini membuat tubuh mencari energi dengan cara memecah sel-sel lemak. Pemecahan sel lemak inilah yang kemudian memicu penurunan berat badan.

Keluhan gatal di area genital bisa dialami oleh penderita diabetes tipe 2 karena paparan gula dari urin yang dikeluarkan saat berkemih. Paparan gula ini menciptakan lingkungan yang sangat baik bagi bakteri untuk bertumbuh. Kondisi ini juga membuat area genital menjadi lebih rentan untuk terkena infeksi.

5. Luka Lama Sembuh

Pemulihan luka pada pengidap diabetes cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama. Seperti diketahui, pemulihan luka membutuhkan lebih banyak energi.

Di saat yang sama, tubuh pengidap diabetes justru mengalami kekurangan energi. Kondisi ini dapat membuat nutrisi tidak mencapai area pemulihan luka secara optimal.***