BANGKINANG – Dalam dua bulan terakhir, seratusan kerbau di Kabupaten Kampar, Riau mati mendadak. Kondisi ini jelas membuat masyarakat setempat panik akan keselamatan hewan ternaknya.

Kepala Dinas Perkebunan Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disbunak Keswan) Kampar, Syahrizal melalui Kepala Bidang Keswan, drh. Deyus Herman mengungkapkan ada 102 ekor kerbau yang meninggal periode 16 Agustus - 6 September 2022.

"Jadi nggak langsung mati serentak gitu. Ada rentang sekitar di dalam tiga minggu," kata Deyus sebagaimana dilansir GoRiau.com dari Tribunpekanbaru.com, Senin (26/9/2022).

Kasus pertama terjadi di Kecamatan Salo, ada empar ekor kerbau yang mati mendadak. Tetapi belakangan kasus terbanyak di XIII Koto Kampar dan Koto Kampar Hulu.

Dikatakan Deyus, jumlah kasus sebanyak 102 tersebut sudah termasuk yang dipotong paksa. Sebab, peternak panik setelah mengetahui Kerbau mati mendadak. Sebagian peternak menyembelih paksa dan tak sedikit yang menjual hewannya dengan harga miring.

"Semua data Kerbau yang mati dikumpulkan. Termasuk yang dipotong paksa," katanya. Kasus terbanyak di tiga desa. Yakni Desa Gunung Bungsu dan Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu.

Hasil pengamatan di lapangan, kata dia, puncak endemi sudah berlalu. Sekarang pihaknya fokus vaksinasi.

Hasil Uji Laboratorium, Ini Penyebab Kerbau Mati Mendadak di Kampar

Hasil uji laboratorium Balai Veteriner (BVet) Bukittinggi terhadap penyebab Kerbau mati mendadak di Kampar sudah diketahui.

Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disbunnak Keswan) Kampar, Syahrizal melalui Kepala Bidang Keswan Kampar, drh. Deyus Herman menyebutkan,

Penyebabnya yakni, wabah Kerbau Ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE). Sebagian karena komplikasi SE dengan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

"Dari hasil uji lab, (Kerbau mati mendadak) karena SE. Tetapi ada juga yang komplikasi," kata Deyus kepada Tribunpekanbaru.com, Kamis (22/9/2022).

Komplikasi dimungkinkan karena serangan wabah SE bertepatan saat PMK sedang endemi di Kampar.

Tetapi wabah SE jauh lebih mematikan daripada PMK. Ini kemungkinan karena SE atau Kerbau Ngorok menyerang kerongkongan dan organ dalam yang lain. Sedangkan PMK di organ luar dan gejala klinisnya lebih mudah terlihat.

Dari hasil diskusi kita dengan ahli, SE lebih cepat menularnya," katanya. Wabah SE adalah bakteri. Wabah ini rentan menyerang hewan yang dilepas di sekitar aliran sungai

Menurut Deyus, Kerbau Ngorok merupakan endemi lima tahunan di Kampar. Pengalaman sebelumnya, wabah ini menyerang tiga pekan sampai satu bulan.

Ia mengatakan, kasus Kerbau Ngorok sudah jauh berkurang. Ini tidak terlepas dari antusiasme peternak setelah diberi edukasi. Peternak bersedia mengisolasi Kerbau bergejala klinis agar proses penyembuhan lebih cepat.

Ia menjelaskan, masa inkubasi Kerbau Ngorok selama dua pekan. Jika berhasil ditangani dan selamat dalam dua pekan, Kerbau tersebut akan sembuh dan otomatis memikiki imun alami dalam tubuhnya.

Deyus mengatakan, vaksinasi hewan ternak yang sehat atau tanpa gejala terus dilakukan. Vaksin untuk PMK dan SE dilakukan seiring. Tetapi kedua jenis vaksin tidak dapat disuntikkan terhadap hewan yang sama dalam waktu bersamaan.

Ada yang duluan vaksin PMK, ada yang SE. Tetapi tidak bisa bersamaan. Jarak amannya dua minggu. Misalnya hari ini PMK, dua minggu lagi baru bisa divaksin SE," ujarnya.

Ia menyebutkan, Kampar telah menghabiskan 7000 dosis vaksin PMK. Akumulasi Dosis I dan Dosis Booster. Sedangkan vaksin SE sudah sekitar 500 dosis.***