JAKARTA – Meski Provinsi Riau selama ini digembar-gemborkan sebagai daerah tujuan investasi, namun dalam Peta Peluang Investasi (PPI) yang sudah ditawarkan pemerintah ke berbagai negara, Riau tidak masuk sebagai salah satu tujuan.

Adapun 22 profil proyek investasi yang disusun dalam PPI tahun 2022 terdiri dari 11 proyek berbasis Sumber Daya Alam (SDA) serta 11 proyek berbasis industri manufaktur.

Klaster yang termasuk dalam proyek SDA yaitu perkebunan, hortikultura, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan energi. Sedangkan untuk proyek berbasis industri manufaktur, yaitu terdiri dari klaster industri kimia, industri aneka, industri logam, industri mesin, industri alat transportasi, dan industri elektronika.

Proyek investasi ini nanti diharapkan akan memberikan kontribusi langsung terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk pengentasan kemiskinan, penciptaan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, serta berkurangnya kesenjangan

Penyusunan PPI terhadap 22 profil proyek investasi ini akan tersebar di 13 provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Maluku.

Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (bkpm) telah membuat peta peluang investasi (ppi) untuk fokus menawarkan 47 proyek investasi kepada investor, 10 proyek investasi yang ditawarkan sudah diminati investor.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan, saat ini terdapat potensi investasi dari PPI yang telah disusun dengan nilai Rp 155,12 triliun, yang bersumber dari 47 proyek investasi.

Sebanyak 10 dari total 47 proyek investasi tersebut telah diminati investor, dengan total nilai investasi mencapai Rp 39,555 triliun atau 25,49% dari nilai investasi seluruh proyek.

"Dari 47 proyek investasi itu, sudah laku 10, sekarang di tahap negosiasi lagi ada sekitar 17 (proyek investasi)," jelas Bahlil kepada wartawan di kantornya, Senin (8/8/2022).

Adapun dari 10 proyek investasi yang sudah diminati investor tersebut, kata Bahlil, salah satunya berasal dari China. "Dari 10 tadi negara yang minat ada Eropa, Korea Selatan, kemudian Taiwan, dan China," jelas Bahlil lagi.

Apa yang membedakan 47 proyek investasi ini dibandingkan investasi lainnya, kata Bahlil, adalah sudah melalui proses feasibility study, sehingga akan menambah kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.

"Katakanlah dia mau bangun smelter, bikin dimana, di provinsi mana, sudah ada kawasan industrinya, izinnya begini , sekian lama bangun industrinya, sekian lama break even pointnya. Jadi, lebih terukur dan sudah mulai dikerjakan," jelas Bahlil.

Kata Bahlil, dari peta peluang investasi ini, semua sektor akan disasar dan ditawarkan kepada investor, terutama untuk investasi yang mengarah ke ekonomi bersih atau green energy.

Mengingat saat ini dunia, termasuk Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai net zero emission, dengan target selambatnya pada 2060.

"Semua sektor, pertambangan dan manufaktur dua itu kisa sasar, semuanya mengarah kepada green energy, industri ramah lingkungan, karena ke dean hilirisasi di dunia itu produknya laku," ujarnya.

Selain mengarah terhadap green energy untuk mengerjakan proyek investasi yang ditawarkan tersebut, investor juga setidaknya harus memenuhi tiga syarat.

"Kalau dia memenuhi tiga komitmen global, energy baru terbarukan, kawasan industri yang ramah lingkungan, dan bagaimana memberdayakan masyarakat lokal," kata Bahlil melanjutkan.

PPI ini nantinya, kata Bahlil akan menjadi profil peluang investasi di daerah, sehingga dapat memberikan gambaran komprehensif dan mendalam kepada para calon investor. ***