JAKARTA - Kompetisi tenis meja Asian Games XVIII/2018 hanya memperebutkan lima medali emas, dari maksimal tujuh yang lazimnya dialokasikan di single-event akbar atau multi-event.

Dua nomor yang tidak dipertandingkan adalah ganda putra dan ganda putri. "Itu sudah ditetapkan sejak awal, dari kesepakatan negara-negara peserta cabor ini dan diputuskan oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA)," ungkap Oegroseno, Ketua Umum PP PTMSI di Pusdiklat PLN, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (1/8/2018).

Dari lima nomor yang dipertandingkan, kata Oegroseno, diharapkan teraih empat medali. Yakni, dua medali perak dan dua medali perunggu. Dua perak didambakan dari nomor beregu putra dan ganda campuran. Sementara dua perunggu diperjuangkan dari beregu putri dan tunggal putra.

"Itu berdasarkan evaluasi tim pelatih dari hasil latihan selama pelatnas di China dan dari try-out yang dilakukan dengan mengikuti sejumlah turnamen ITTF (Federasi Tenis Meja Internasional)," jelas Oegroseno, mantan wakapolri yang sudah memimpin organisasi tenis meja nasional sejak 2013.

Indonesia akan menampilkan 10 pemainnya di kompetisi tenis meja Asian Games XVIII/2018 ini. Yakni, Ficky Supit Santoso, Muhammad Bima Abdi Negara, Donny Prasetya Aji, Luki Purkani dan Deepash Anil Baghwani (putra), serta Gustin Dwijayanti, Lilis Indriani, Kharisma Nur Hawwa, Atikah Dwi Rahayu dan Rina Sintya (putri). Mereka ditangani oleh pelatih Haryono Wong dan Novita Oktariyani, sementara Sugeng Utomo Suwindo menjadi manajer tim.

Oegroseno menuturkan, kompetisi tenis meja Asian Games XVIII/2018 ibarat "kejuaraan dunia mini" karena sebagian dari pesertanya adalah para pemain tangguh dari negara-negara yang secara tradisional menjadi barometer kekuatan tenis meja dunia. Misalnya, China, Jepang, dan beberapa negara lainnya. Hal itu, tentunya, membuat persaingan perebutan lima medali emas menjadi sangat ketat. Namun, pemain Indonesia sudah sejak awal dibebani target, sehingga diharapkan tak sekadar menjadi penonton.

Oegroseno sendiri bukannya tidak menyadari beratnya beban yang disandang timnas tenis mejanya. Walau begitu, ia menekankan, para pemain wajib diberikan target sehingga ada rasa tanggung-jawab untuk memperjuangkannya secara maksimal.

"Apa pun kan mesti diperjuangkan. Saya kira, sebagai pemain nasional dan tampil dengan membawa nama bangsa, hal itu tidak menjadikan beban. Justru mestinya menjadi tantangan buat mereka. Mereka harus menunjukkan keseriusannya, memperlihatkan semangat juang yang luar biasa. Kalau sudah sangat serius menghadapi pertandingannya, dengan semangat juangnya yang luar biasa, apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Apa yang mungkin sulit dicapai bisa saja mereka capai," papar Oegroseno, yang menyaksikan latihan timnasnya di Pusdiklat PLN, Ragunan, bersama tiga legenda tenis meja nasional, Tonny Meringgi, Anton Suseno dan Ismu Harinto.***