ISTANBUL - Kebijakan Turki mengembalikan fungsi bangunan bersejarah Hagia Sophia di Kota Istanbul dari museum menjadi masjid membuat dunia heboh.

Respons berbeda dipertontonkan dunia ketika Israel mengubah masjid bersejarah, Masjid Al-Ahmar, yang berusia 8 abad, menjadi kelab malam (bar). Tanggapan dunia senyap saja.

Dikutip dari detik.com, langkah Israel menjadikan Masjid Al-Ahmar di sebagai bar kembali diperbincangkan setelah kebijakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah monumen ikonik Hagia Sophia menjadi masjid mendapat protes dan kecaman dari berbagai penjuru dunia.

Dijadikan Bar

Setelah sebuah perusahaan Israel yang terhubung dengan kotamadya Safad di Palestina Utara mengubah Masjid Al Ahmar yang berdiri pada abad ke-13 menjadi sebuah bar dan aula pesta pernikahan dengan nama Khan Al-Ahmar, dunia tak gaduh. Padahal, masjid itu juga merupakan salah satu bangunan bersejarah milik warga Palestina dari abad ke-13.

Masjid Al Ahmar yang dikuasai oleh geng Yahudi pada 1948 itu semula diubah menjadi sekolah Yahudi, kemudian menjadi pusat kampanye pemilu Partai Likud. Sebelum menjadi bar, masjid itu juga sempat digunakan sebagai gudang pakaian.

''Saya terkejut ketika saya melihat aspek sabotase di dalam masjid,'' kata sekretaris badan abadi Islam Palestina, Khair Tabari, mengatakan kepada surat kabar yang berbasis di London, Al Qodus Al Arab, seperti dilansir Gulf News pada 14 April 2019.

Bertahun-tahun yang lalu, Tabari mengajukan gugatan ke pengadilan Nazareth, meminta penyerahan masjid ke dana abadi Islam. Tapi, pengadilan belum memutuskan gugatan tersebut ketika itu.

Dunia pun mengabaikan tuntutan Tabari itu. Tak ada yang bersuara atas perubahan fungsi masjid tersebut. Media-media terbitan setempat menyebut perubahan masjid menjadi bar tersebut dilakukan di tengah kesunyian teramat sangat. Kontras dengan komentar pro dan kontra untuk Hagia Sophia.

Padahal, sejarawan menyebut Al-Ahmar dibangun sebagai masjid. Sebuah tanda batu di pintu masuk ke masjid menyatakan bangunan itu dibangun pada 1276 Masehi.

''Masjid Al Ahmar mendapatkan namanya dari batu merahnya. Saat ini, digunakan dalam beberapa cara kecuali sebagai tempat shalat bagi umat Islam,'' kata sejarawan dan penduduk asli Safad, Mustafa Abbas.

''Umat Muslim yang mengunjungi tempat itu menghadapi serangan dari penjajah Yahudi. Masjid ini memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang langka karena didirikan oleh Mameluke Sultan Al Daher Baibars (1223-1277 M),'' Abbas menambahkan.

Pergantian fungsi masjid Al-Ahmar itu membuat otoritas Israel dituduh melanggar batas secara sistematis di situs-situs Islam di wilayah Palestina yang diduduki dengan tujuan melenyapkan identitas mereka. ***