JAKARTA - Ratu Tisha Destria berpotensi besar kembali berkiprah di PSSI. Sosok yang pernah menjabat sebagai sekjen federasi sepak bola Indonesia itu resmi mencalonkan diri sebagai bakal Wakil Ketua Umum PSSI periode 2023-2027.

Tisha hadir langsung mengembalikan formulir kesediaan di kantor PSSI,GBK Arena, Jakarta, Minggu (15/1/2023) siang WIB. Ia didampingi sejumlah voters yang mendeklarasikan dukungan baginya untuk naik ke kursi wakil ketua umum.

Dalam pernyataan kepada awak media, Tisha mengaku keputusannya untuk kembali ke PSSI dilatari kecintaan yang besar terhadap sepak bola Indonesia. Ia pun mengaku terharu lantaran kembali mendapat kesempatan untuk mengabdi. "Syukur Alhamdulillah, hari ini saya mengembalikan formulir kesediaan untuk dicalonkan menjadi Wakil Ketua Umum PSSI di periode selanjutnya. Mohon dukungannya," ujarnya.

"Hari ini saya datang bersama perwakilan dari teman-teman yang mengusulkan, ada Asprov Banten dan Perserang Kabupaten Serang, ada dari PSIM Yogyakarta, ada dari Asprov Maluku, Persekat Tegal, Solo United, dan teman-teman lainnya yang mungkin diwakili oleh teman-teman di belakang saya ini."

"Mohon doa dan dukungannya. Bagi saya sepak bola itu suatu pengabdian. Mungkin ini sedikit momen haru juga untuk saya sendiri, ketika memutuskan untuk mengabdi dan bekerja di bidang yang akan selalu saya cintai, yaitu sepak bola," tandasnya dalam kesempatan yang sama.

Ratu Tisha merupakan perempuan pertama yang menduduki posisi Sekjen PSSI sejak 2017 lalu. Dia dipilih langsung Ketua Umum PSSI saat itu, Edy Rahmayadi. Sayangnya, Tisha memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin, 13 April 2020.

Tisha bukanlah sosok yang asing dengan sepak bola. Jauh sebelum menduduki jabatan Sekjen PSSI, wanita lulusan De Montfort University itu pernah dipercaya menjadi manajer tim bola sekolahnya. Berkat sentuhan tangannya, tim tersebut sukses menjuarai beberapa turnamen.

Kiprah Tisha di dunia sepak bola berlanjut saat mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tak hanya menjadi manajer yang hanya mengurusi persiapan bertanding, Tisha juga menyusun data klub, jadwal latihan, serta kalender pertandingan, hingga tim PS ITB sempat mendapatkan promosi ke divisi utama.

Setelah lulus kuliah dari ITB, Ratu Tisha sempat bekerja di salah satu perusahaan minyak. Namun, kecintaan pada sepak bola membuat perempuan cantik tersebut memilih bekerja yang berhubungan dengan sepak bola.

Salah satu prestasi moncer yang ditorehkan Tisha adalah mendapatkan beasiswa FIFA Master. Beasiswa itu memberinya kesempatan untuk mempelajari sport humanity dan sport management. Dari total 6400 pendaftar, Tisha menjadi salah satu dari 28 peserta yang diterima. Ia berhasil meraih gelar Master of Art serta meraih peringkat ke-7 dari 28 siswa.

Selain itu, Tisha juga menimba ilmu hampir setahun lebih di tiga negara yakni Inggris, Italia, dan Swiss. Yang membanggakan, Ratu Tisha adalah satu-satunya peserta perempuan Indonesia dan Asia yang mendapatkan program beasiswa tersebut.***