JAKARTA - Pakar Komunikasi dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menyatakan, presepsi bahwa RRI adalah corong Partai PKS dan Ormas FPI merupakan cara berpikir yang bias dan meyesatkan.

Menurut Jamil, RRI sebagai media yang dibiayai oleh APBN memang tetap perlu untuk mengkritisi pemerintah, terrmasuk jika corong kritik itu adalah PKS dan FPI. RRI juga harus menjadi penyampai aspirasi rakyat termasuk yang bernada kritik.

"RRI tidak boleh seperti di zaman Orba, yang jelas-jelas menjadi corong pemerintah. Isi pemberitaannya hanya yang positif untuk memuji pemerintah," kata Jamil tertulis kepada GoNEWS.co, Sabtu (15/5/2021).

Jika kesimpulan bahwa RRI adalah corong PKS dan FPI hanya berdasar pada kuantitas pemberitaan yang banyak, maka sepatutnya dimengerti bahwa dalam memproduksi berita media juga menimbang minat pembaca.

"Frekuensi berita PKS dan FPI yang tinggi, bisa saja karena pada periode tersebut banyak peristiwa dari PKS dan FPI yang memiliki nilai berita tinggi. Karena itu, wajar saja kalau RRI banyak menyiarkan PKS dan FPI," kata Jamil.

Sebelumnya, Jamil mencatat bahwa RRI dinilai menjadi corong PKS dan FPI. Penilaian itu konon didasarkan pada hasil kajian dan media monitoring terhadap pemberitaan RRI.

Disebutkan, RRI lebih banyak memuat berita terkait PKS daripada fraksi lainnya. RRI juga banyak menyiarkan berita yang berisi berbagai komentar dari masyarakat atas pembubaran FPI.***