JAKARTA - Pergantian personil dalam sebuah struktur bersifat normal untuk keberlangsungan roda organisasi. Hal tersebut diungkapkan mantan atlet tenis Indonesia, Donald Wailan Walalangi, menyoroti pasca bergantinya Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PP PELTI) dari Rildo Ananda Anwar yang menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Prof. Edward Omar Sharif Hiariej melalui sebuah Musyawarah Nasional (Munas) pada pekan lalu.

"Ada yang suka dan ada juga yang tidak suka dalam pergantian ini, namun itu normal saja dalam sebuah dinamika organisasi olahraga," ucap Wailan Walalangi, Selasa (29/11/2022).

Olimpian tenis yang mewakili Indonesia di Olimpiade Seoul 1988 itu juga mengatakan bahwa diagendakan pada hari Rabu (30/11/2022), tim formatur akan mengadakan pertemuan untuk menyusun kepengurusan PP PELTI periode 2022-2026.

Sedangkan terkait prestasi yang didapat tenis Indonesia di era Rildo Ananda Anwar, Wailan menyebut bagus, namun bagi dirinya jangan berpuas diri, tapi harus terus ditingkatkan dalam kepengurusan di bawah komando ketua baru yang akrab disapa Prof. Eddy itu.

Menurut Wailan, Prof. Eddy ke depannya akan mengemban tugas sebagai Ketua Umum PP PELTI untuk memperkuat apa yang telah dibuat oleh Menpora Zainudin Amali yakni Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), sehingga ke depannya bermain tenis by design, supaya atlet-atlet tenis Indonesia yang muda-muda di berbagai daerah bisa maju secara berjenjang sampai ke tingkat Olimpiade.

Oleh karena itu, dirinya mengusulkan jika mengurus tenis bukan hanya terkait pembinaan saja, namun perlu di desain infrastrukturnya yakni pertandingan atau kompetisi.

"Itu yang harus dipersiapkan oleh PP PELTI. Itulah jenjang yang akan diikuti oleh semua pemain dari tingkat junior nasional, junior internasional hingga senior, lahannya infrastruktur itu adalah kompetisi," tuturnya.

Sebelum melangkah ke arah itu, Wailan yang merupakan bagian dari tim Piala Davis Indonesia tahun 1982 yang menggasak Jepang 5-0 itu mengatakan jika mindset semuanya harus diubah terlebih dahulu. "Seluruh pemain harus melihat ke internasional, bukan nasional lagi. Karena, pemain yang bagus-bagus akan bermain di multi event lebih bergengsi, seperti Asian Games ataupun Olimpiade, bahkan Davis Cup dan lainnya," ucapnya.

Untuk itu, Wailan menyarankan sebaiknya pertandingan internasional lebih banyak dimainkan di Indonesia. Dengan demikian, petenis Indonesia bisa lebih banyak tampil di ajang internasional untuk mengukur kemajuan dan kemampuannya.

"Pertandingan level nasional penting, tapi lebih penting yang internasional. Jadi, kepengurusan PP PELTI yang baru ini harus sebanyak mungkin menggelar pertandingan internasional di dalam negeri," harapnya.

Sebagai contoh Wailan menyebutkan kalau saja diambil delapan pemain baik putra dan putri tampil di turnamen internasional di Indonesia, artinya PP PELTI telah mencetak setidaknya 16 pemain yang telah siap bermain di luar negeri.

"Setelah kita punya 16 pemain yang siap melanglang buana ke luar negeri, kita siapkan lagi 16 pemain lagi sebagai pelapis melalui format yang sama. Artinya kita sudah punya 32 pemain yang andal. Dan, mereka pun sudah punya modal untuk berlaga di luar negeri," jelasnya. ***