LAMONGAN -- Aparat kepolisian berhasil menangkap seorang pria yang diduga sebagai pelaku pembakaran Pondok Pesantren (Ponpes) Furqon Muhammadiyah Cabang Laren, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Dikutip dari Sindonews.com, Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Gatot Repli Handoko mengatakan, terduga pelaku yang ditangkap merupakan santri di Ponpes tersebut.

''Kalau sudah tuntas, akan kami rilis. Terduga pelaku ini adalah oknum santri yang ijazahnya masih ditahan oleh pihak Ponpes. Keterangan terbaru seperti itu,'' ujar Gatot Repli Handoko, Selasa (12/1/2021).

Gatot mengatakan, yang dibakar oleh terduga pelaku adalah rak sandal yang berada di depan gedung asrama Ponpes tersebut.

''Bukan Ponpesnya yang dibakar, tapi rak sandal yang ada di depan gedung asrama putra Ponpes tersebut,'' ucapnya.

Diketahui, aksi pembakaran terjadi dua kali. Pertama, pada Jumat (1/1/2021), yang menjadi sasaran adalah rak sandal di asrama santri laki-laki. Kedua, pada Jumat (8/1/2021), yang dibakar adalah rak sandal di asrama santri putri. Peristiwa tersebut terjadi di saat para santri sedang melaksanakan shalat Jumat.

Sebelumnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Hasan Mutawakkil Alallah meminta polisi mengusut tuntas kasus pembakaran tersebut.

Dalam kasus ini, kata dia, aparat kepolisian harus segera hadir dan menindak tegas pelaku pembakaran. Sebab, bisa jadi pembakaran tersebut bermotif provokasi untuk menimbulkan ketidakharmonisan antar umat beragama, khususnya di Kabupaten Lamongan.

''Jadi, pada prinsipnya, kejadian seperti ini harus diantisipasi. Sebab, pembakaran ini bisa mengancam harmonisasi,'' katanya.

Dia menduga, pembakaran itu diduga dilakukan secara sengaja. Apalagi sudah terjadi sebanyak dua kali. Anehnya, yang menjadi sasaran pembakaran, kata dia, hanya tempat sepatu dan sandal. Bukan gedung Ponpes maupun asrama.

''Dari sisi agama, jelas perbuatan itu (pembakaran) adalah perbuatan zalim dan tidak dapat dibenarkan. Sejumlah organisasi masyarakat di Lamongan, baik Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU) juga telah meminta agar polisi hadir dan mengusut kasus tersebut,'' imbuh KH Mutawakkil.

Wakil Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Timur (Jatim), Biyanto juga meminta agar segera mengungkap kasus tersebut. Dia juga meminta aparat kepolisian untuk membuka garis polisi atau police line di sekitar lokasi pembakaran. Sebab, pihaknya berencana melakukan perbaikan.

Dengan begitu, proses pembelajaran bisa kembali dilakukan. ''Para santri masih trauma kembali ke pondok. Mereka khawatir ketika di pondok dan sedang istirahat, asrama mereka kembali dibakar,'' pungkas Biyanto.***