JAKARTA – Cabang olahraga (cabor) anggar termasuk salah satu cabor andalan Indonesia. Banyak catatan prestasi yang telah diukir. Bukan sebagai tambang medali emas bagi Kontingen Indonesia di SEA Games, tetapi atlet anggar Indonesia mampu meraih medali di Asian Games dan meloloskan banyak atlet ke Olimpiade.

Pada Olimpiade 1960 Roma, ada empat atlet anggar yang memperkuat Kontingen Indonesia yakni Andreas Soeratman (Tick Soeratman), Ishar Hacchja, Pau Sioe Gouw, dan Zus Undap. Kemudian, Silvia Kristina dan Alkindi melanjutkannya di Olimpiade 1988 Seoul, Handry Lenzun dan Zakaria Lucas di Olimpiade 1992 Barcelona. Terakhir, Diah Pertama Sari pada Olimpiade 2012 London. '

Di ajang Asian Games, atlet anggar Indonesia juga masih diperhitungkan. Tim Beregu Floret yang beranggotakan Zus Undap, Rita Piri, Wahyu Hartati, dan Silvia Gani melahirkan medali perunggu pada Asian Games 1978 Bangkok. Kemudian, Silvia Kristina meneruskannya dengan meraih perak (Epee), dan Tim Epee beranggotakan Silvia Kristina, Rini Ismalasari, Sri Ayanti, dan Sumiani sukses meraih perunggu.

Begitu juga di ajang pesta olahraga dua tahunan negara-negara Asia Tenggara, Tim Anggar Indonesia cukup disegani. Pada SEA Games 1989 Jakarta, Tim Anggar Indonesia sukses merebut 9 dari 10 emas yang diperebutkan. Begitu juga pada SEA Games 1991 Manila, Tim Merah Putih menyabet 10 dari 11 emas yang diperebutkan.

Kini, prestasi anggar Indonesia semakin menurun mulai SEA Games 2011 Jakarta dimana hanya meraih 1 emas. Terakhir di SEA Games 2021 Vietnam, Indonesia sudah tak mampu meraih medali emas.

Tampaknya impian mengembalikan era kejayaan anggar Indonesia semakin berat. Pembinaan yang dilakukan Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI) pimpinan Agus Suparmanto pun tidak terdengar sama sekali.

Yang ada hanya keluhan dari atlet anggar putri asal Sumatera Barat (Sumbar), Ariani Syafitri Rahadian yang berada di Jerman. Dia harus menempuh perjalanan berliku untuk tampil pada turnamen anggar FIE (Federasi Anggar Internasional) kelas Satelite yang akan bergulir 2 Oktober mendatang.

Untuk mendapatkan izin dari PB IKASI, Arin, panggilan akrabnya yang duhubungi melalui WhatApp mengaku sudah melalui prosedur yang panjang. Padahal, atlet yang pernah tampil di ajang Pra Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 itu butuh peran PB IKASI untuk bisa mengantarkan dirinya tampil di turnamen resmi FIE kelas satellite tersebut.

"Dari awal bulan lalu, saya sudah memberikan syarat yang diminta oleh PB IKASI berupa surat rekomendasi dari pengprov IKASI Sumbar. Dan, PB IKASI di bulan lalu juga sudah merespon kalau mereka sudah menerima syaratnya dan akan memproses dengan pendaftaran," kata Arin yang tergabung di Heidelberg Fecht Club-TSG Rohrbach.

"Hanya saja, minggu lalu ketika saya kembali bertanya, contact person malah meminta syarat yang sama kembali, beliau juga mempertanyakan detail turnamen kembali. Saya kembali memberikan informasi turnamen dan contact person PB IKASI menjelaskan kalau mereka sudah mendaftarkan dan saya berujung tidak mengikuti, maka saya harus membayar denda," tambahnya.

"Saya menjawab bahwa saya paham dengan konsekuensi dan saya tetap ingin mengikuti turnamen tersebut, karena saya juga akan berangkat bersama dengan atlet-atlet lain dari klub;" lanjutnya.

Terkait kejelasan dokumen pendaftaran yang diminta, kata Arin, PB IKASI memang berjanji akan berdiskusi dengan Kabid Binpres dan Kabid urusan luar negeri. Bahkan, Arin juga bisa memastikan klub HFC tempatnya berlatih bersedia memberikan surat keterangan resmi. Perjalanannya menuju turnamen semakin rumit tatkala PB IKASI meminta surat pernyataan pribadi darinya dan klub dengan menyebutkan akan mengikuti turnamen dengan biaya sendiri tanpa memberatkan PB IKASI.

"Seharusnya masalahnya tidak dibikin sulit begini. Yang saya butuhkan, PB IKASI menjalankan kewajiban untuk mendaftarkan saya ke turnamen saja. Karena, sebagai atlet saya memiliki hak untuk ikut turnamen, apalagi ini bukan turnamen sekelas kejuaraan dunia atau olimpiade," ungkapnya.

Akhirnya perjuangan Arin yang tidak pernah menyerah itu telah membuahkan hasil. Dia dipastikan bisa ikut event FEI karena namanya sudah didaftarkan PB IKASI. "Nama saya ternyata sudah didaftarkan tanggal 19 September 2022. Plong rasanya bisa tampil di event FEI," kata mahasiswi Universitas Heidelberg Jerman ini. ***