SELATPANJANG - Salah satu momen yang paling dinanti-nanti di Selatpanjang adalah saat datangnya Imlek. Selama 6 hari berturut-turut akan ada perang air bersempena Imlek.

Perang air itu dilaksanakan setiap sore menjelang maghrib. Mereka akan berkeliling menggunakan becak motor (Bentor) sambil berbasah-basahan. Peserta perang air akan menyerang (menggunakan air) satu sama lainnya.

Daya tarik perang air telah memukau masyarakat luas. Tak hanya dalam negeri Indonesia, tetapi juga mancanegara.

Untuk momen imlek itu, lebih 20 pengunjung akan datang ke Selatpanjang. Mereka berasal dari kota besar di Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Bahkan, turis dari Afrika, Brazil, dan beberapa negara eropa pun pernah mengunjungi Selatpanjang.

Momen perang air Imlek bukan lagi diikuti warga Tionghoa. Tetapi, seluruh tamu dari luar daerah dan penduduk tempatan (pribumi).

Merela saling membaur. Mereka saling menyiramkan air kepada siapun peserta perang air yang melintas.

Bahkan, polisi yang menjaga di sepanjang jalan tak luput dari serangan peserta perang air. Penegak hukum pun membalasnya sambil menyuguhkan senyuman tanda ikut menikmati momen tahunan tersebut.

Banyak yang menyebut Perang Air atau Cian Cui di Selatpanjang lebih meriah dari perhelatan Songkran di Thailand.

Saat berlangsungnya Cian Cui, senjata untuk menyerang peserta lain bukan hanya air. Tetap ada juga yang berbentuk busa dan penggunaannya harus terlebih dahulu disemprot. Busa ini sepertinya tidak bermasalah untuk mata.

Perang air itu akan berlangsung selama 6 hari. Waktu yang digunakan pukul 16.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB, menjelang Salat Maghrib.

Dengan adanya perhelatan tahunan itu, lebih 20 ribu warga datang ke Selatpanjang. Mulai dari hotel, rumah makan, tempat belanja pakaian, hingga tukang becak mendapat rezeki dengan adanya momen perang air sempena Imlek. ***