Berbicara - tentang kiprah sebuah organisasi yang cukup tua, seperti halnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), tentunya tak terlepas dari kontribusi pemikiran para tokoh intelektual yang menjadi aktor utama organisasi tersebut.

Dalam lingkup HMI, salah seorang tokoh utama yang dimaksud adalah Nurcholis Madjid. Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) merupakan salah satu dokumen organisasi tertua yang digunakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sampai hari ini.

NDP ini pertama kali disampaikan pada forum Kongres X HMI di Malang tahun 1969, NDP dimaksudkan sebagai teks rumusan pokok-pokok ajaran Islam dengan merujuk pada sumbernya yang utama, yaitu Al-Quran dan Hadist. Sampai hari ini, NDP menjadi semacam ijtihad pemikiran kaum muda muslim ketika itu, untuk menegaskan persepsi-persepsi mereka terhadap ajaran Islam.

HMI sendiri didirikan pada tahun 1947 oleh Lafran Pane dan kawan-kawannya yang memang berdiri di atas visi keislaman dan keindonesiaan yang unik. Tujuan awal didirikannya HMI adalah untuk mempertahankan Negara Indonesia dari agresi militer Belanda dan mengembangkan ajaran Islam.

Visi ini meyakini bahwa Islam sebagai ajaran yang universal perlu ditafsirkan menurut konteks lokalitas ke-Indonesiaan dan kemodernan zaman. Sehingga bagi HMI, antara Islam dan konsep negara-bangsa Indonesia tidak terdapat pertentangan.

Islam sebagaimana dipahami HMI inilah yang kemudian termaktub sebagai asas HMI, Islam menjadi sumber motivasi, pembenaran dan ukuran bagi HMI dalam gerak perjuangan mencapai tujuannya.

Kualifikasi HMI sebagai gerakan pemuda adalah keislaman, maka selain harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keindonesiaan dan kemahasiswaan, HMI juga harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keislaman.

Sekalipun dukungan pada nilai-nilai keislaman itu tetap dalam format yang tidak dapat dipisahkan dari keindonesiaan dan kemahasiswaan. Artinya, penghayatan HMI pada nilai-nilai keislaman itu tidak dapat lepas dari lingkungan keindonesiaan NDP bagi kader HMI merupakan dasar dalam perjuangan hidup baik dalam berorganisasi, bermasyarakat, dan bernegara.

Kader HMI sebagai bagian dari pemuda harus mengambil peran penting dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai organisasi kader dan membangun kembali gerakan intelektual yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kebajikan serta tetap pada independensinya seperti yang ada dalam gagasan pokok masyarakat madani.

HMI mulai mengadakan latihan kader secara sistematis yang hingga saat ini masih eksis menjadi ‘mata air’ perkaderan. Sampai disini, kian terang terlihat dan matang arah perjuangan HMI untuk menumbuhkan semangat memajukan keislaman di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tradisi intelektual mulai digalakkan melalui penggalian atas kajian keislaman, pemikiran-pemikiran tokoh bangsa, kajian sosial, budaya, politik, hukum serta beragam teori-teori pengetahuan lainnya.

Tujuannya untuk menggugah semangat berislam, menggugah penghayatan umat Islam bahwa ajaran agama Islam senafas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan keindonesiaan. ***

Penulis : Muslim Hadi

Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Riau dan Wakil Sekretaris Umum Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah HMI Badko Riau-Kepri. Pen