SELATPANJANG - Tugu Buta Aksara di Desa Bandul Kecamatan Tasik Putri Puyu, Kepulauan Meranti, Riau, kini tak lagi megah. Tugu yang dibangun tahun 1970-an itu sudah terendam air laut dan dipenuhi sampah.

Menurut cerita Afriadi, salah seorang pemuda setempat, tugu tersebut dibangun sekitar tahun 70-an oleh Penghulu (kepala desa, red) Untung Abdullah. Di bangun di lokasi yang ramai penduduk (jauh dari daratan).

Tugu berlambangkan pensil dan buku tersebut membuktikan bahwa pada zaman 70-an masyarakat Desa Bandul bebas dari buta aksara. Bahkan, menurut cerita beberapa orang tua, tambah Afriadi lagi, tahun 70an itu di Desa Bandul sudah ada Sekolah Rakyat (SR).

"Dulu tugu ini menjadi ikon Desa Bandul. Banyak yang berfoto di tugu tersebut, terlebih lagi saat 17 Agustus, banyak Paskibra desa berfoto di sana," kata Afriadi.

Kini, tugu yang dulunya menjadi kebanggaan masyarakat Bandul, tak lagi menunjukkan kemegahannya. Tugu setinggi lebih kurang 3 meter itu telah rusak dan jatuh ke laut, akibat abrasi.

Bentuk semula, ada beberapa anak tangg, buku, dan pensil, pun tak lagi terlihat. Yang ada hanya tumpukan sampah dan bekas-bekas kayu hanyut saja.

Afriadi mengaku sangat sedih melihat kondisi tersebut.

Iya percaya, pemuda pemudi yang lahir tahun 90an tidak akan tahu apa makna dari tugu yang kini hanya terlihat tiang batu itu. Padahal, kata Afriadi, tugu itu sangat bermakna bahwa kakek nenek mereka pada zaman dahulu sudah bisa membaca dan menulis.

"Alangkah baiknya jika pemerintah setempat membuat replika tugu tersebut di tempat yang layak dan strategis. Untuk mengenang jasa pemimpin terdahulu yang bersemangat menjauhkan masyrakat dari kebodohan, buta huruf. Serta menjadi motivasi anak-anak muda zaman sekarang, sebagai generasi emas penerus bangsa agar lebih giat belajar," harap Afriadi.

Terkair hal ini, Kades Bandul Zahari belum bisa bisa dikonfirmasi. Ketika dihubungi GoRiau, nomor ponselnya 08535574xxx tidak aktif. ***