Ada harapan besar yang digantungkan masyarakat Pulau Merbau terhadap akses penghubung antar kecamatan di pulau-pulau lainnya di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Hal itu tidak lain adalah jembatan Selat Rengit. Wujudnya sangatlah dinantikan ribuan warga disana yang saat ini sedang merintih.

Mereka menjerit kesulitan, ingin bangkit dari keterpurukan yang berujung kepada perbaikan ekonomi. Hingga, kelak ada perubahan bagi anak dan cucu. Tidak perlu lagi berusah-payah menghadapi situasi maupun kondisi hidup yang kian hari kian menantang.

Sebagai wilayah yang berpulau-pulau, penyeberangan antar pulau dengan memanfaatkan transportasi laut merupakan kebutuhan penting masyarakat Kepulauan Meranti, Riau.

Untuk ke ibukota kabupaten, yakni Selatpanjang, warga terpaksa menggunakan jasa angkutan penyeberangan. Harus merogoh saku membayar ongkos.

Namun, tidak jarang pula kebutuhan tersebut warga kerap dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mengambil keuntungan sepihak.

Misal, berbagai bentuk alat transportasi laut yang digunakan warga. Baik berupa kapal pompong, kempang, maupun speedboat yang sudah modern bentuk dan ukurannya. Kesemuanya, melayani jasa angkutan dengan tarif yang berbeda-beda.

Setiap hari jasa penyeberangan melayani masyarakat Kepulauan Meranti. Karena, sampai di usia ke-10, Kepulauan Meranti memang belum memiliki jembatan antar pulau Tebingtinggi, Rangsang, Pulau Padang, dan Pulau Merbau.

Untuk penyeberangan rakyat, masyarakat biasanya menggunakan kempang dari pelabuhan Peranggas dan Lemang. Begitu juga dengan Pulau Merbau ke Pulau Padang (Merbau, red), dan Pulau Merbau ke Mekong (Pulau Tebingtinggi bagian barat).

Penyeberangan Mekong-Semukut boleh dikatakan yang terpendek jaraknya. Tapi, penyeberangan ini pula merupakan penyeberangan yang paling mahal di Kepulauan Meranti.

Meski hanya dipisahkan selat, yakni Selat Rengit, tapi untuk menggunakan jasa penyeberangan warga harus merogohkan kantong sebesar Rp10 ribu (satu sepeda motor 2 penumpang).

Harga penyeberangan ini sangat mahal apabila dibandingkan dengan penyeberangan Selatpanjang-Lemang dan Selatpanjang-Peranggas, padahal jarak tempuh sangat jauh.

Bahkan, harga Rp10 ribu itu tidak selalunya bertahan. Di waktu-waktu tertentu, masyarakat harus menyediakan uang Rp25 ribu jika hendak ke Ibukota maupun ke Pulau Merbau. Sementara pendapatan warga tidaklah besar, terutama bagi mereka yang merupakan nelayan dan petani karet.

Di bulan Desember misalnya, debit air laut meningkat. Ketika air pasang, sebagian jalan menuju Desa Mekong terendam air asin. Selain sulit dilewati, air asin sangat berbahaya untuk besi-besi di kendaraan bermotor.

Bahkan, air asin membuat besi di sepeda motor akan cepat berkarat dan keropos belum lagi kerusakan mesin dan sebagainya.

Beberapa warga Pulau Merbau sering mengeluhkan tingginya ongkos menyeberang. Mereka harus mengeluarkan uang Rp25 ribu untuk dua kali jasa penyeberangan. Yaitu penyeberangan di Selat Rengit bayar Rp10 ribu, dan penyeberangan di jalan yang tergenang air Rp15 ribu.

"Jaraknya tidak jauh, walau mahal kami tak ada pilihan lain," kata Rusmidar.

Begitu pula dengan apa yang diceritakan Karmuji, pedagang setempat yang kerap berjualan dan membeli barang kebutuhan dagangan di Selatpanjang. Dia harus rela melewati jalan yang tidak nyaman dilalui dan mengantri di penyeberangan Kempang di Semukut untuk beraktifitas.

Tidak jarang pula jasa penyeberangan dikeluarkan sedikit lebih besar dibanding biasanya. Itu disebabkan kondisi alam yang kurang bersahabat.

Mau tidak mau, itu harus dilakoni untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Dia tidak putus asa dalam mengubah kondisi kehidupan agar makin membaik.

"Apa adanya saja, yang penting rezeki halal dan berkah bagi keluarga. Seperti halnya berdagang ini, walaupun sulit dijalani dengan kondisi akses yang belum mendukung, tapi bisa terbalas untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari," ceritanya dengan raut wajah sedikit tersenyum.

Sambungnya, warga butuh perhatian serius dan terarah bagi program pembangunan di Pulau Merbau. "Perhatian Pemkab menjadi kebutuhan penting kami saat ini. Wujudkanlah pembangunan akses penyeberangan kami. Biar sejalan dengan upaya kami untuk memperbaiki ekonomi," tuturnya berharap.

Karmuji pun menceritakan kondisi ekonomi masyarakat yang kian berat. Lapangan pekerjaan tidak banyak. Dari kalangan muda dan keluarga banyak yang menggantungkan nasib bekerja di negeri jiran Malaysia. Mereka harus rela dan ikhlas meninggalkan anak-istrinya untuk mencari nafkah.

"Kalau terlalu memilih pekerjaan, maka dapur tak berasap. Makanya banyak yang pergi ke Malaysia untuk bekerja. Walapun resikonya besar. Daripada tidak sama sekali. Sekarang cari kerja susah," imbuhnya.

Harapan warga ini sebenarnya sudah menjadi perhatian utama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti melalui program Merangkai Pulau Membangun Negeri. Ini sesuai pula dengan visi dan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Dalam melaksanakan pembangunan di kabupaten terbungsu di Riau ini. Konsep tersebut dianggap sangat relevan, mengingat kondisi geografis wilayah yang berpulau dan dipisahkan oleh lautan dan sungai.

Pembangunan jembatan dipandang sangat penting untuk merangkai pulau-pulau besar yang ada di Kepulauan Meranti, termasuk jembatan penghubung ke daratan Pulau Sumatera.

Dengan potensi sumber daya alam yang belum terolah secara optimal, iklim investasi yang terus menggeliat, menjadi daya tarik bagi pihak investor untuk menjadikan kawasan niaga Meranti sebagai salahsatu daerah tujuan investasi di Riau.

Yang terpenting dari pembangunan jembatan ini adalah mengatasi masalah keterisoliran sebagian besar wilayah Kepulauan Meranti. Kondisi ini tentunya mengakibatkan mandulnya perekonomian masyarakat, sehingga menyebabkan tingginya angka kemiskinan.

Untuk membangkitkan ekonomi masyarakat, maka pembangunan Jembatan Selat Rengit (JSR) akan dilanjutkan kembali. Kali ini, pembangunannya memakai sistem single year.

Proyek Jembatan Selat Rengit merupakan mega proyek yang sebelumnya menelan anggaran Rp447 miliar. Kini membengkak dan akan menelan biaya sebesar Rp670 miliar.

Sejak terhenti pada tahun 2014 silam, Bupati Kepulauan Meranti, Drs Irwan MSi, berencana akan melanjutkan pembangunan JSR pada 2016 lalu, namun batal. Kemudian, kelanjutan pembangunan kembali direncanakan dilakukan pada tahun 2020 mendatang.

"Tahun depan pembangunan JSR akan kita lanjutkan kembali. Tidak menggunakan sistem tahun jamak, tapi memakai sistem single years. Dimana, untuk sisi Desa Mekong dibangun menggunakan APBD kita, dan sisi Desa Semukut dibangun Provinsi," kata Irwan, beberapa waktu lalu.

Dia juga mengatakan untuk melanjutkan pembangunan JSR, pemerintah daerah sedang melakukan penghitungan ulang. Karena setelah dilakukan review design, maka terjadi peningkatan biaya.

"Kita sudah menghitung ulang. Nilainya terlalu mahal. Kalau mengandalkan APBD kita itu tidak akan kuat. Saya sedang mengusahakan agar pembangunan itu di take over oleh dana APBN atau mungkin Provinsi," kata Irwan.

Disampaikannya, bahwa kegagalan pembangunan yang rencananya untuk menghubungkan Pulau Tebingtinggi dengan Pulau Merbau itu menjadi pengalaman untuk tidak terulangi. Sehingga, pembangunan kedepannya bisa dilaksanakan dan dituntaskan. Dengan ini, diharapkan program merangkai pulau dan mengentas kemiskinan di Pulau Merbau bisa secepatnya tuntas.

"Jembatan itu harus siap. Sebab, selain itu bisa dijadikan ikon Meranti, juga untuk mengentaskan kemiskinan. Karena, kantong kemiskinan paling tinggi di Pulau Merbau," ungkap Irwan.

Kelanjutan pembangunan itu juga mendapat tanggapan positif dari pihak legislatif. Ketua Komisi II DPRD Kepulauan Meranti Darwin Susandy mengungkapkan hal yang sama. Dimana, pembangunan JSR perlu dilakukan kembali.

Hal itu dilakukan untuk membuka isolasi daerah. Pulau Merbau adalah basis masyarakat miskin di Kepulauan Meranti. Rencana pembangunan infrastuktur itu akan menjadi perintis kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat disana.

"Untuk mengentaskan kemiskinan terbesar di Kepulauan Meranti perlu dibangun jembatan yang menghubungkan dua pulau. Kita memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan pembangunan jembatan tersebut," tutur pria bermata sipit itu.***