JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengusulkan anggaran subsidi kedelai Rp1.000 per kilogram (Kg) diberikan langsung kepada importir untuk menekan harga yang tinggi di tingkat perajin tahu dan tempe.

Zulhas menilai mekanisme subsidi kedelai saat ini dipandang rumit atau berbelit-belit. Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo, meminta Mendag agar tidak sembrono membuat kebijakan subsidi, apalagi kepada importir kedelai ini akan menyakiti hati masyarakat, kususnya petani kedelai.

Ia mengingatkan Indonesia sebuah negara berpenduduk besar. Sehingga dalam situasi dan kondisi ekonomi sulit seperti ini menteri terkait begitu mudah memberikan subsidi-subsidi kepada komoditas pertanian.

"Apalagi, subsidi itu akan diberikan kepada pelaku importir. Ini akan menimbulkan sebuah resiko dan dampak psycologis serta kecemburuan sosial yang luar biasa, dari masyarakat. Importir itu harusnya diatur tentang hak dan kewajibannya," ujar Firman, Sabtu (28/1/2023).

Apalagi, kata dia, petani lokal ini belum bisa memenuhi kebutuhan nasional. Dengan jumlah penduduk yang besar serta budaya makan tahu dan tempe sebagai makanan utama dan juga kebutuhan bahan baku industri untuk ekspor semakin meningkat.

Oleh karena itu, konsep kebijakan memberikan subsidi kepada pengusaha importir sangat tidak tepat untuk pelaku usaha. "Subsidi itu harus kepada rakyat atau petani lokal seperti petani supaya lebih semangat untuk menanam kedelai seperti di Grobogan yang mempunyai varitas dan menghasilkan kedelai konon katanya nomor satu di dunia," tambah Firman.

Ia menjelaskan alasan kenapa petani jarang yang mau menanam kedelai. Pasalnya setiap panen selalu terjadi persaingan tidak sehat karena adanya impor, dan harga kedelai petani tidak akan mampu bersaing dengan harga dari importir.

"Ini seharusnya dicarikan solusi pemerintah bukan mensubsidi pengusaha importir dengan dalih stabilisasi harga ini benar-benar kebijakan yang aneh. Dan sampai kapanpun petani kita tidak akan bisa mampu bersaing dengan kedelai impor kalau pemerintah tidak membuat kebijakan berpihak kepada petani lokal," terangnya.

Apalagi, petani kedelai di luar negeri seperti Amerika Serikat sudah menggunakan teknologi modern yang lebih efisien tingkat produksinya dan lebih terjamin. "Jadi tidak mungkin petani kita maish konvensional seperti ini mampu bersaing," kata Firman.

Oleh karena itu, Firman menegaskan, kalau mau diberikan subsidi yang layak itu petaninya, bukan importirnya. Sebelumnya, Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan mengusulkan perubahan skema subsidi kedelai dengan memberikan langsung ke importir.

"Pengusaha ini aset, kita harus dukung. Pengusaha kalau bisa efisien, harga kedelai akan menjadi lebih bagus. Saya sudah mengusulkan agar subsidi berupa harga diberikan langsung kepada importir," ujar Zulhas, beberapa waktu lalu.

Zulhas mengatakan 56 ribu ton kedelai bakal segera membanjiri pasar agar para produsen tahu tempe dan produk olahan kedelai mendapatkan bahan baku dengan harga terjangkau. Ia juga berharap harga kedelai segera turun menjelang puasa dan lebaran 2023.***