PEKANBARU - Ulah MY, oknum pelatih kepala dayung Riau jelas mencoreng dunia olahraga di Bumi Melayu. Namun miris, Pengprov PODSI Riau selaku pembina olahraga dayung tak menunjukkan kepedulian terhadap para korban.

Sikap Pengprov PODSI Riau ini pun disoroti Asmanidar SH selaku kuasa hukum dari para enam bocah yang menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan pelatih kepala dayung berinisial MY tersebut.

"Padahal, korban dilecehkan oleh MY dalam iming-iming akan dijadikan atlet dayung, dan tidak ada sama sekali komunikasi dari PODSI Riau," kata Asmanidar.

Asmanidar menuturkan, Pengprov PODSI Riau pada dasarnya bisa berkomunikasi dengan P2TP2A Pekanbaru untuk menunjukkan kepedulian pada para korban yang merupakan anak-anak di bawah umur yang perlu perhatian karena trauma yang dialami.

"Kalau ada yang memberi simpati sebaiknya lewat P2TP2A Pekanbaru saja. Sebab korban dan orangtua korban tidak mau ditemui siapapun. Namun kalau itu urgent akan kami pertemukan di kantor P2TP2A," tuturnya.

"Kondisi korban masih mengalami trauma yang cukup berat akibat kekerasan seksual yang dilakukan pelaku. Karena korban tetap disterilkan, sebab mereka dalam proses pemulihan," sebutnya.

Masih kata Asmanidar, kepedulian dari PODSI Riau penting karena MY tidak bisa lepas dari identitasnya sebagai pelatih dayung Riau. "Memang selayaknya ada kepedulian dari persatuan dayung tempat tersangka bekerja selama ini," imbuhnya.

"Ditambah lagi, MY melakukan aksi kejahatan yang disangkakan itu berhubungan erat dengan pekerjaannya selaku pelatih dayung. Dengan iming-iming korban akan dijadikan sebagai atlet dayung," sambung Asmanidar.

Kondisi korban dan keluarga saat ini cukup memprihatinkan, untuk ongkos transport ke kantor polisi saja dan ke  P2TP2A Pekanbaru mereka kesulitan. "Kadang mereka mesti diantar karena tidak ada ongkos," tukasnya. ***